JAM PASIR
Jam pasir itu terus menunjukkan aktifitasnya yang tak pernah berhenti. Diterpa sinar bulan
di sela-sela jendela menunjukkan kesan mistis. Mungkin ini satu-satunya cara
agar ia bisa tertidur. Dengan terus memandangi jam pasir itu, imajinasi yang melayang-layang
berputar dengan riang di kepalanya. Membuat dia sering tersenyum sendiri. Jam
pasir itu adalah kado dari ibunya tahun lalu. Di bagian atas dan bawah jam itu
bertuliskan “Gisella” yang tak lain adalah
nama dari gadis cantik itu.
1 jam sebelum tidur hanya jam pasir itu yang setia
menemaninya. Terdengar gemerisik, dia hanya tersenyum. Entah apa yang sedang
dia pikirkan. Yang jelas dia senang dengan suasana seperti itu. Lambat laun dia
terlelap dan hanya jam pasir itu yang setia menemaninya yang seolah-olah selalu
menjaga saat Gisella tidur. Suara binatang
malam yang saling bersahutan, menemani mimpi
Gisel yang mulai berjalan entah kemana. Terlelap dan semakin lelap, dan semakin
cantik saja saat dia tertidur.
Menjelang tengah
malam, seseorang masuk ke kamar Gisel, pintu dibuka perlahan, dan munculah
seorang wanita paruh baya, yang tak kalah cantik dengan Gisel, Rita Anggraini,
itulah wanita itu yang tak lain adalah ibu Gisel. Wanita yang tegar, tangguh
dan memiliki perjuangan hidup yang sangat berat, namun dia yakin bisa
melewatinya. Dengan hati-hati dia mengelus rambut putri semata wayangnya itu.
Baginya, Gisel adalah segalanya, harta yang tak ternilai harganya. Dan di malam
itu ia hanya menyempatkan diri untuk sekedar mencurahkan kasih sayangnya untuk
Gisel. Perlahan dia mencium pipi Gisel, dan memberi selimut di tubuh Gisel.
“Selamat tidur sayang” katanya dalam hati.
Hingga pagi hari jam beker berbentuk sapi sudah siap
siaga mengganggu dan memporak porandakan mimpi Gisel. Tangan Gisel meraba-raba
namun jam beker itu jatuh dan
PRAAAKKK!!!. Kaca jam itu pecah berkeping-keping. Gisel hanya membelalakkan
matanya. Satu-persatu pecahan kaca itu dia pungut, dan dia berharap bisa
menatanya kembali. Namun apa daya. Mustahil rasanya. Dengan lunglai Gisel
melangkah keluar kamar, dan hanya satu tempat yang dituju. Dapur, dan
melihat ibunya sedang memasak nasi goreng dengan telur mata sapi. Makanan
kesukaan Gisel.
“
Ibu, jam bekerku rusak!” rengek Gisel pada Ibunya.
“
Yaudah, kan ada jam pasir.” Kata Ibu menggoda Gisel.
“
Yahh.. ibuk, mana bisa jam pasir dijadiin alarm. “ kata Gisel sedikit jengkel
“
kamu ini Cuma jam beker rusak aja bingungnya setengah mati. Kan bisa pake hape
juga to alarmnya” kata ibu Gisel sambil sibuk menyelesaikan pekerjaannya di
dapur.
“Hehe..
iya deh bu, kalau gak ibu bangunin tiap
pagi ya! Baik deh.:) “ kata Gisel manja sambil mencium pipi ibunya.
“
Eeh, main cium-cium mandi dulu sana! Bauk!” kata Ibu Gisel sambil mencubit pipi
Gisel.
“
Iya ibu sayang, masak yang enak yaa!”
Gisel menggoda lagi.
dan
suasana hangat seperti itu memang selalu ada di setiap pagi, yang tentunya membuat Gisel selalu nyaman jika berada
di rumah. Walaupun dia tak pernah merasakan bagaimana figur seorang ayah dalam
hidupnya, dia sangat bersyukur memiliki ibu yang hebat seperti ibunya.
“ I love you Mom..” Gisel berteriak sambil berlari kecil
menuju ke sekolah. Ibunya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah
anaknya itu.
“ Ati-ati nak..” kata Ibu sambil berteriak juga dan entah
didengar Gisel atau tidak. Dan setelah itu mereka tenggelam dalam rutinitas
masing-masing, Rita hanya berharap, Gisel bisa meraih mimpi-mimpinya, bisa
menjadi anak yang berguna walaupun dia tanpa figur ayah di dalam hidupnya.
JJJ
LOVE STORY
17 tahun yang lalu..
“Rita, Aku sayang kamu dan gak ada sedikitpun niatku
untuk meninggalkanmu.”
Mendengar ucapan serius Danang, Rita hanya bisa terdiam
dan merenung masih muncul keraguan dalam hatinya. Di malam yang dinginnya
menusuk itu, hanya ada satu keinginannya untuk mendekap Danang dan tak ingin
melepaskannya. Dan saat itu juga semua beban yang dia rasakan akan hilang.
Perlahan-lahan air matanya pecah di kesunyian malam.
Malam semakin larut, Danang takkan tega membiarkan Rita
pulang kantor sendiri, dan dengan menggunakan motor tua namun elegan miliknya, Danang
mengantar kekasihnya pulang kerumah. Namun baru setengah jalan, tiba-tiba turun
hujan yang sangat deras. Mau tak mau mereka berdua harus mencari tempat
berteduh, dan mereka memilih berhenti di sebuah pos ronda yang tak berpenghuni.
Mata mereka berdua beradu, lama… semakin lama..dan…..****
JJJ
Di pagi hari Rita masih merasa sangat letih, namun mau
tak mau dia harus terlihat bersemangat pergi ke kantor walaupun Danang juga tak
bisa menjemputnya pagi ini. Sesampai di kantor dia disambut oleh salah satu
rekannya yang bernama Silvy.
“serem amat mukamu Rit J”
“siapa ? aku? Tadi malem lembur” jawab Rita
sekenanya. Sedangkan Silvy hanya bisa
geleng-geleng kepala dan langsung
bergegas meninggalkan Rita yang malah tertunduk lesu. Namun beberapa detik
kemudian mereka sudah tenggelam dalam pekerjaan masing-masing.
Rita masih celingukan kesana-kemari, dia sedikit
mengintip ke meja Danang. Pria itu terlalu asik dengan pekerjaannya sehingga
tak sempat memperhatikan kehadiran Rita. Dan akhirnya Rita memutuskan untuk
menghampiri meja Danang.
“Happy Anniversary.. J” kata Rita dengan wajah yang super ceria.
“ aduuhh maaf sayang aku lupa kalau kita anniversary
yaa.. “ kata Danang tanpa rassa bersalah sambil tersenyum dan memberikan sedikit kecupan di kening Rita.
“nanti malem makan yuuk.. “ ucap Rita lagi walaupun
sebenarnya dia agak kecewa karena Danang melupakan momen istimewa mereka.
“ emmm…. Aku harus lembur malem ini. Gimana kalo pas
weekend besok? “ mendengar jawaban Danang, Ritapun
harus memendam dalam-dalam keinginannya tersebut.
“yaudah
kalo gitu. Semangat yaa!!” ucap Rita lagi menutup percakapannya.
Hingga akhirnya jam 9 malam Rita memutuskan untuk pulang
duluan tanpa menunggu Danang yang harus lembur. Rasa lelah menghinggapi seluruh
tubuhnya, saat sampai di rumahnya, tak ada satupun keluarganya yang menyambut.
Dia berjalan tanpa gairah. Melihat hidangan yang adapun dia tak bersemangat
untuk mengambilnya. Hanya mengambil sebuah apel di kulkas dan mengunyahnya
sambil menuju ke kamarnya.
Sampai di kamar, dia langsung merebahkan tubuhnya ke
kasur dan matanya menerawang ke langit-langit kamar. “Sudah rapuh”
batinnya dalam hati. “ Rumah ini memang sudah tua dan merengek minta
direnovasi. “ katanya lagi dalam hati.
Saat sedang menerawang dan dengan banyak hal
yang ada di pikirannya, tiba-tiba dia merasakan pening yang luar biasa hingga
ia memutuskan untuk bangun dari tempat tidur. Dia sedikit memijat kepalanya dan
memberinya minyak angin. Belum juga sembuh rasa pusingnya, tiba-tiba dia
merasakan mual yang luar biasa. Segera dia menuju ke kamar mandi dan mual yang
dia rasakan tak kunjung sembuh. Hanya satu yang terlintas dalam benaknya. ‘Apakah
ketakutannya selama ini akan terjadi?’
JJJ
3 bulan berlalu dan kini hidup Rita
seperti sebuah mimpi buruk. Dia sudah mengandung anak buah cintanya dengan Danang.
Namun hingga saat ini orang tua kedua belah pihak belum mengetahui tentang
kejadian itu. Hal itu hanya menjadi rahasia 2 insan yang sedang dimabuk asmara
tersebut.
“Bagaimana jika kau gugurkan kandunganmu ?” kata Danang
pada suatu hari.
Mendengar
pertanyaan Danang tersebut Rita hanya bisa terdiam. Dalam hati kecilnya dia tak
mau jika harus membunuh bayi tak berdosa dalam kandungannya.
“ Aku tak mau jika masa depanku
hancur hanya karena bayi itu!” tambah Danang dengan nada yang semakin meninggi.
“ Apa susahnya jika kita menikah? “
jawab Rita dengan nada yang tak kalah tinggi,
“ Kamu tahu sendiri kan, orang tuaku
tak pernah setuju dengan hubungan kita!, dan yang harus kamu tahu,, aku sudah
dijodohkan dengan anak teman papaku, aku tak tahu harus menolaknya dengan cara
apa!” ucap Danang sambil menatap mata Rita dengan geram .
Wajah
Rita yang tadinya tertunduk lesu langsung terangkat dan rasanya dia benar-benar
ingin marah.
“Jadi, kamu lebih memilih perjodohan
itu daripada cinta kita? Kamu ingat janji kamu? Ingat Ron, komitmen kita!”
1 menit, 2 menit, 2 insan itu
tenggelam dalam kesunyian. Rita tak habis pikir dengan jalan pikiran Danang,
dan mengapa tak ada sedikitpun ada tanggung jawab dari Danang atas perbuatan
bejatnya sendiri.
“ Maaf, hubungan kita berakhir
disini!” ucap Danang tiba-tiba yang tentu saja membuat Rita Shock. Dia langsung
bangkit berdiri dan memberikan tamparan keras di pipi Danang. Saat itu juga dia
meninggalkan Danang sendirian. Hatinya t’lah hancur berkeping-keping, tak
pernah tergambar olehnya bagaimana kehidupannya setelah ini. Tapi dalam hati
kecilnya dia bersumpah tak akan pernah memaafkan Danang.
KADO
TERINDAH.
Sebatang kara, begitulah hidup Rita
sekarang. Keputusannya untuk membesarkan sendiri anaknya tak pernah dia sesali
sedikitpun. Di rumah kontrakan mungil di pelosok kota dia mulai menata hidupnya
dan bisa mulai melupakan masa lalunya. Bersama Gisella, anaknya ia memulai
kehidupan dari nol. Kariernya yang hancur, orang tuanya yang sudah tak mau tahu
tentang keadaan dirinya, apalagi Danang yang tak sedikitpun memperlihatkan
belas kasihannya pada Rita.
Pada
awalnya memang Gisel tak pernah tahu dimana ayahnya,ibunya selalu berkata.
‘ayahnya bekerja di luar kota’. Karna sejak kecil dia sudah terbiasa dengan apa
yang dikatakan ibunya, dia pun tak masalah dengan hal itu. Namun sekarang ini
usia Gisel sudah 17 tahun, saat sudah
mengetahui tentang keadaan yang sebenarnya,
memang tak mudah bagi Gisell namun lama kelamaan dia bisa menerimanya
dan terbiasa bila diejek ‘anak haram’ oleh orang-orang di sekitarnya.
Kini, Rita membuka usaha rumah makan
kecil-kecilan di kontrakannya. Dari usaha itu terkadang dia mendapat pesanan
chatering dalam jumlah yang lumayan banyak. Memang, seharusnya dia tak bekerja
sendiri, Namun dengan bantuan dari Gisel anaknya dia merasa sudah cukup. Sebelum berangkat sekolah, Gisel slalu
membantunya menyiapkan segala sesuatunya. Dan saat pulang sekolah, bila ada
pesanan cathering Gisel dengan senang hati akan membantu.
Dan pagi ini seusai membantu ibunya,
Gisel bergegas menuju ke sekolah. Pagi ini dia berangkat sendirian ke sekolah,
biasanya sih dia bareng Nita, tetangganya yang super genit dan selalu membuat
kehebohan di pinggir jalan. Dan saking hebohnya, Gisel sering menyangkal jika
ada orang yang bertanya, “ temennya ya mbak? “ . dengan sigap Gisel langsung
menggelengkan kepalanya.hahaahaa.. bagaimana tidak, temannya yang super norak
itu sering menggoda tukang ojek, tukang bubur, kondektur, bahkan preman pun
bisa dia sambangi.
Pagi ini setidaknya Gisel tak harus
mengurangi satu dosanya untuk berbohong, namun siapa sangka, saat sudah sampai
di depan gerbang sekolah, dengan muka cengengesan Nita sudah menghadang Gisel
sambil menggandeng seorang pria, melihat hal itu Gisel langsung mengelengkan
kepala. Dia sudah hafal dengan kelakuan Nita.
“ Gisel, maaf ya aku tadi gak bisa
bareng kamu “ kata Nita masih dengan muka cengengesan dan senyum super lebar
yang lebay.
“ Iya gak papa. Aku duluan yaa..”
kata Gisel sambil berlalu,
“ eittssss… stop!stop!stop! Gisel
Stop!, “ kata Nita sambil menarik tangan
Gisel.
“ Kenalin ini Rudi, “ kata Nita lagi
dengan riangnya. Namun Gisel menyambutnya dengan dingin.
‘kemarin Tomas, kemarinnya lagi
Candra, Bahkan bulan lalu ada Sumijo, apalagi tahun lalu. Malas rasanya Gisel
mengingat semua itu. Gak keluar di ujian. Setelah itu Gisel langsung meninggalkan
Nita dengan segudang kehebohannya.
Di tengah perjalanan, saat Gisel
sedang memikirkan tingkah polah Nita, tiba-tiba orang yang sedang berputar-putar di otaknya itu
muncul di hadapannya masih dengan senyum cengengesan yang menurutnya masih
lebay.
“ Eh, aku mau cerita nih Sell..”
kata Nita dengan senyum penuh harap. Namun belum sempat Gisel menjawab iya atau
tidak Nita sudah nyerocos panjang lebar. Gisel pusing namun mau tak mau dia
harus mendengarkannya dan paling tidak memberikan apresiasi dengan menjawab ‘iya’, ‘ooo
gitu’.’o yaa?’ emmm.. dan masih banyak jargon yang lainnya. Tapi bagaimanapun
juga dari semua teman Gisel yang sudah mengetahui masa lalu Gisel Cuma Nita
yang tak sedikitpun merasa jijik apalagi gengsi bila berteman dengan Gisel. Dan
menurut Gisel, Nita adalah makhluk langka. ! hahahaha…
Saat pulang sekolah pun Gisel harus
bersabar kar’na dia harus pulang
sendirian tanpa Nita, sebenarnya ada alternatif lain agar Gisel tidak
sendiri, Gisel bisa pulang bersama Nita dan kenalan barunya. Namun predikat
“obat nyamuk” jelas akan dia sandang, dan itu jelas akan membuat nama baik Gisel
turun.
Naik bis kota, hal yang tentunya
sudah tak asing bagi Gisel. Namun di siang seterik dan segerah ini Gisel harus
banyak bersabar. Belum lagi di bis kota dia harus rela berdiri karena kehabisan
tempat duduk. Setiap ada penumpang turun dia celingukan, mencari celah tempat
duduk yang kosong.
“mbak, mbak, saya sudah mau turun
kok, silahkan duduk di sini” kata seorang ibu yang ada di dekat Gisel. Tentu
saja dengan senang hati Gisel menerima tawarannya itu. Dengan sigap Gisel langsung
menempatkan diri di kursi yang kosong. Baru saja melepas kegerahan tiba-tiba
ada seorang cowok yang duduk di sebelahnya. Sekilas cowok tadi terlihat cool,
dengan menggunakan earphone di telinganya.
Gisel cuek dan memilih untuk melihat
ke sekeliling. sesekali dia melirik ke arah cowok tadi. Bersih, rapi, gadget
oke, sepatu oke, tampang juga oke, jarang lhoh cowok begini mau naik bis,
batinnya.
“Ngapain liat-liat? Naksir?”,
tiba-tiba suara cowok tadi membuyarkan lamunan Gisel. Dan jelas Gisel
kelabakan.
“yeee… pede!” kata Gisel tak kalah
nyolot. Gisel sedikit salting.
“
Emank gue ganteng kan?” kata cowok tadi sambil cengengesan.
‘Iya
sih’ kata Gisel dalam hati.
“
Kamu bukan orang pertama kok yang heran kenapa cowok kayak gue naik bis“. Gisel
hanya terdiam, hebat juga cowok ini bisa membaca pikirannya.
Dia
pun memilih kembali memandang ke sekeliling daripada menanggapi perkataan cowok
super sableng itu. Sampai akhirnya Gisel turun di dekat rumahnya. Dan yang
membuat Gisel lebih kaget, cowok tadi juga turun di tempat yang sama dengan
Gisel. Dengan langkah super santai cowok tadi berjalan ke arah yang berlawanan
dengan rumah Gisel. ‘oh my god.. rumahnya deket sini’ batin Gisel.
“
Kenapa? Kaget? Santai aja. Rumah gue gak di deket sini kok. “ lagi-lagi cowok
tadi bisa membaca pikiran Gisel.
“
Gak Tanya!” jawab Gisel super judes. Dan mereka berdua pun memalingkan muka dan
menuju ke rumah masing-masing.
JJJ
“ Sel.. ke kantin yuukk!” kata Nita
pada suatu hari. Dan dengan sedikit ogah-ogahan Gisel menjawab
“ bayarin ya?” . Dan tanpa basa-basi Nita langsung
menggandeng Gisel menuju ke kantin. Senyum cengar-cengir penuh kemenangan pun
langsung terpancar dari wajah Gisel. Dan seperti sudah menjadi tradisi, Gisel
duduk manis di pojokan kantin sementara
Nita memesan makanan. Setidaknya dia bisa merasakan sedikit kemurah-hatian dari
Nita sebagai balasan dari rasa gerahnya dengan polah tingkah Nita.
Sesampainya
di meja sambil membawa makanan pesanan mereka berdua, Nita sudah mulai nyerocos
panjang lebar, namun konsentrasi Gisel langsung terpusat ke makanan yang ada di
depannnya. Langsung hap! Dan sepiring nasi goreng dengan telur setengah matang
itu dia santap dengan lahapnya. Sambil
celingukan Gisel memandang ke salah satu sudut tanpa sadar Gisel melongo,
mengucek mata dan kaget tentunya dia melihat apa yang ada di pandangan matanya.
Cowok sok cool (emang cool sihh J) yang ada di
bis kemarin siang itu ada di hadapannya.
“
Lo sekolah disini?” mendengar pertanyaan dari cowok itu Gisel malah semakin
bengong.
“
Kalo ditanya jawab doonkkk, malah bengong!!” kata cowok itu dengan nada semakin meninggi. Dan mendengar
sikap si cowok, Gisel terbangun dari lamunannya.
“
Gak usah nyolot donk!” jawab Gisel dengan nada super jengkel.
“
Makanya kalo ditanya jawab donk!”
“Iya,
bisa sabar kan? “ kata Gisel dan selanjutnya perang mulut itu semakin menjadi.
Tak ada yang mau mengalah. Hingga
akhirnya Nita yang berada di antara keduanya tak tahan dengan adu mulut yang semakin menjadi.
“iihhhhh..
kalian ngapain sih??” kata Nita sambil melerai Gisel dan Cowok tadi. Dan
setelah itu dengan muka yang masih sinis cowok tadi langsung meninggalkan Gisel
dengan mata yang masih melotot.
“Tu
orang nyebelin banget!” kata Gisel sambil melahap lagi nasi goreng yang ada di
hadapannya.
“Udahlah
Sel.. orang kayak gitu diladenin makin nglunjak! Orang tuanya juga gitu”
“Hah?
Kamu kenal dia? “ jawab Gisel dengan mata yang
makin melotot.
“
Dia sepupuku!” jawwab Nita dengan santainya.
“Hah?
Serius? Kok ku kamu gak pernah cerita? Mana kamu gak pernah ngenalin dia ke aku
kan?“ Gisel tambah kaget.
“
Yeee.. gak penting juga kan? Ngarep nih? “ Nita menjawab sambil asik dengan
gadgetnya.
“
Yeee…Anehnya, ku kok gak pernah liat dia di sekolah ini” tambah Gisel
“
Dia baru seminggu disini. Pindahan dari Jakarta”
“ooo
gitu, tapi ku heran lhoo anak kayak dia mau naik bis kota!”
“
Whatss aku gak salah denger nihhh? Kok kamu tauu???” sekarang Nita yang gantian
kaget.
“
Kemarin ku di sebelahnya waktu naik bis!”
“
emmm.. emang dia sok merakyat gitu kok Sel, tapi kenapa ya dia gak pernah
merakyat sama aku, padahal jelas-jelas aku sepupunya!” kata Nita memelas,
Dan mendengar perkataan Nita tadi Gisel ketawa
ngakak.
“
Kenapa Sel kok ketawa sih? “ Nita keheranan
“
Gak papa kok Nit” jawab Gisel sambil terus tertawa. Dasar Nita, banyak orang
harus pikir-pikir untuk mengenal dia kecuali Gisel. Terpaksa ! L
JJJ
FORGIVE
ME PLEASE J !!
“ Ibu.. ibu.. Gisel berangkat yaa!” kata
Gisel sambil celingukan mencari ibunya. Ke dapur, kamar mandi, kamar terkunci,
ruang makan, tempat jemuran. Nihil. Gisel heran kenapa di jam setengah 7 pagi
ibuya belum menunjukkan batang hidungnya. Dan akhirnya Gisel menyerah,
menyimpulkan kalau ibunya pergi ke pasar. Walaupun dia agak kecewa kenapa
ibunya tidak berpamitan padanya.
Dengan sedikit murung Gisel berjalan
gontai ke halte tempat biasa dia menunggu bis kota, dia Nampak murung mencari
alasan kenapa ibunya tak berpamitan saat
hendak pergi. Namun sudahlah, Gisel tak ingin mempermasalahkan itu. Dan saat
berbagai hal berkecamuk di pikiran
Gisel, tiba-tiba dia mendengar bunyi klakson mobil yang membuat dia
kaget.
“ Hei kamuu!!” kata orang dari dalam
mobil. Gisel bertambah kaget setelah tahu kalau yang ada di dalam mobil itu
adalah cowok rese yang kemarin bertengkar dengannya di kantin sekolah. Dengan
cepat Gisel memalingkan mukanya. Namun siapa sangka cowok tadi menghampiri
Gisel sambil tersenyum seuper manis sangat berlawanan dengan sikapnya kemarin.
“ Hai tuan putri..” kata cowok tadi
dengan manisnya. Namun tak ada tanggapan dari Gisel dia sudah sangat malas
meladeni cowok yang jelas-jelas sudah membuatnya sangat jengkel. Setelah itu
cowok tadi malah memaksa Gisel untuk masuk ke mobil, Gisel belum sempat melawan
namun Gisel sudah terlanjur duduk di mobil dengan muka yang masih bengong.
“ toloonggg.. aku diculikkk!!!”
Gisel mencoba berteriak sekuat tenaga sambil memukul-mukul kaca mobil. Namun
tentu saja tak ada yang bisa mendengarnya.
“ Gak usah lebay.. anggap aja ini
permintaan maaf gue buat yang kemarin “ kata cowok tadi dengan santainya. Masih
dengan earphone yang menempel di telinganya.
“ Apa-apaan? Ini namanya PEMAKSAAN tauk!gak
sopan banget!” kata Gisel jengkel.
“
Oke.. gue bakal nglakuin apa aja biar
kamu maafin gue deh “ cowok tadi mencoba
membujuk Gisel lagi. Namun Gisel hanya terdiam, malas meladeni tingkah polah
cowok itu.
“ Nama gue Toni, lengkapnya Toni
Prabowo.” Tiba-tiba cowok itu nyeletuk gak jelas. Gisel hanya terdiam.
“ Sel, maafin gue yaa.. pleaseJ
“ Kata cowok tadi yang katanya namanya Toni itu.
“ Kenapa tiba-tiba minta maaf ?eh,
bentar-bentar.. kok kamu tahu namaku? “
kata Gisel dengan ketus.
“ Bukan urusanmu kok gue tahu dari mana!” Jawab
Toni sambil tersenyum nyengir.
“ Oke.. aku maafin kamu tapi ada
syaratnya!” kata Gisel tiba-tiba dan dia juga heran kenapa dengan semudah itu
dia memaafkan Toni.
“ ciuss? Apa? Apa? “ kata Toni
semakin antusias.
“ Traktir aku makan ya ntar siang, “
kata Gisel dengan santainya. Mendengar perkataan Gisel wajah Toni langsung
berbinar.
“ Trus besok pagi kamu ikut ke pasar,
“ lanjut Gisel. Dan sekarang wajah Toni sedikit berkerut.
“ Hah?Ke pasar? Ngapain? Jadi preman
pasar? “ kata Toni sambil sedikit
tertawa.
“ Itu syaratnya. Mau dimaafin gak?”
kata Gisel dengan senyum sinis.
“ Oke. Fine. Aku bakal nurutin apa
aja deh yang penting kamu maafin aku!” jawab Toni walaupun sebenarnya dia masih pikir-pikir.
Dan setelah itu Gisel hanya terdiam.
Namun Toni sangat cerewet. Walaupun tak ada tanggapan dari Gisel, Toni tetap
mengadakan topik pembicaraan yang menurut Gisel sangat tidak jelas. Hingga
akhirnya mereka berdua sampai di halaman sekolah. Semua mata tertuju pada Toni
dan Gisel yang turun dari mobil yang sama. Nita yang notabene adalah orang
terdekat Gisel langsung menghampiri Gisel dan Toni.
“ Whatss?? Aku gak salah liat kan??”
kata Nita dengan ekspresi super kaget
yang lebay.
“ Please Nit, jangan buat aku tambah
gak mood, ntar ku ceritain di kelas. “ kata Gisel dengan sedikit jengkel sambil
berlalu dari hadapan Nita.
“ jangan lupa ntar pulang sekolah
gue tunggu di parkiran yaa!” Toni
berteriak pada Gisel. Namun Gisel hanya tersenyum sinis. Sambil berlalu
meninggalkan Toni. Dan setelah itu Gisel
diberondong berbagai pertanyaan dari Nita yang benar-benar masih shock melihat
yang baru saja dia saksikan. Tapi bagai artis papan atas yang sok bilang “no
coment” saat ditanya wartawan infotainment. Begitulah Gisel sekarang.
Sementara itu Toni yang daritadi
memperhatikan Gisel merasa puas dengan usahanya kali ini. Ya, Toni memang sedang
ingin PDKT dengan Gisel, cewek yang sudah lama dia kagumi dan diam-diam dia
sudah mencari berbagai informasi tentang Gisel dari orang terdekatnya. Baginya
Gisel adalah cewek yang berbeda, tak seperti cewek-cewek pada umumnya. ‘ Be
mine please J’
J J J
Saat pulang sekolah, Gisel sudah
standby di dekat parkiran sekolah. Nita yang sudah tahu tentang kejadian yang
sebenarnya pun langsung siap siaga jadi pemandu sorak saat Toni datang nanti.
Dna benar saja saat Toni datang, Nita langsung heboh bukan main. Dan Toni yang
notabene sepupu Nita malah ill feel dengan tingkah Nita.
“ Nita, mau iku gak? “ kata Gisel.
Namun Nita menggelengkan kepalanya. Dan tiba-tiba ada mobil xenia silver yang
melintas di depan mereka. Dengan wajah sumringah Nita langsung menuju ke mobil
itu.
“ Dahh.. Gisel, Toni, have a nice
day yaaJ!”
kata Nita masih dengan wajah sumringah. Dan kini tinggal Toni dan Gisel disana
yang mulai canggung.
“ ayo!berangkat, kita mau makan
dimana? “ kata Toni.
“ Aku yang nentuin tempatnya!” kata
Gisel dan setelah itu Toni dan Gisel sudah ada di dalam mobil. Kali ini Toni
masih mencoba meruntuhkan sifat jutek Gisel dengan berbagai topik pembicaraan.
Namun dasar Gisel ratunya jutek, hal itu tak mempan baginya. Dia hanya menjawab
sekenanya.
“ Kita mau makan dimana Sel? Di
dekat rumahku ada restoran enak lho,” dan dilanjutkan dengan berbagai
alternatif tempat makan yang ditawarkan Toni. Gisel tak menanggapi dan terus
mengarahkan toni ke jalan antah berantah , hingga mereka sampai di suatu tempat,
warteg yang tak begitu besar, dengan
sajian lauk lengkap. Gisel langsung menuju ke tempat itu. Dan Toni masih heran
mengapa Gisel mengajaknya ke tempat itu.
“ Udah pernah makan disini? “ kata Gisel setelah
dia dan Toni mengambil makanan.
“ Belum pernah sama sekali. Tapi
kenapa lo milih tempat ini? Kan kamu bisa milih tempat lain yang lebih mahal
gitu, setidaknya impas kalau jadi syarat permintaan maaf gue.”
“ Udahlah, kalo kayak gini kan aku
gak ngurangi uang jajan kamu buat traktir aku? Kasian orang tua tuh!” kata
Gisel sambil tersenyum. Dan Toni hanya bisa mengangkat bahunya sambil tersenyum
juga.
“ Sebenarnya ibuku juga punya warteg
beginian. Tapi kalau kita makan disana jadi aku yang traktir kamu kan?” kata
Gisel sambil tertawa kecil.
“ Enak aja.. gue tetep bayar lah!”
kata Toni sambil tertawa ngakak. Dia mulai senang karena Gisel mulai bersahabat
dengannya. Berbalik 180
dari saat sebelumnya. Gisel pun mulai bisa
akrab dengan Toni, dia tak tahu mengapa dia bisa begitu akrab dengan Toni. Dan
selanjutnya mereka pun melanjutkan obrolan mereka dengan berbagai topik. Toni
geleng-geleng kepala, tak habis pikir. Gisel susah ditebak. Saat sedang asik
ngobrol dengan Gisel, tiba-tiba handphone ada yang menelepon Toni, dan ternyata
ayah Toni.

“ Maaf ya Sel, barusan papa telfon.
“
“Udah disuruh pulang ya?hehe” kata
Gisel asal ceplos.
“ Gak lah Sel, mana ada papa rempong
gitu, dimana-mana yang suka ribut kalo anaknya belum pulang tuh mama.” Jawab
Toni dengan riang
“ OO gitu.. maklum aku gak punya
papa kayak kamu Ton. “ ucap Gisel dengan santainya namun setelah itu dia
tertunduk. Miris memang jika mengingat itu.
“ Ups.. maaf Sel, aku gak
bermaksud..” belum sempat Toni menyelesaikan kalimatnya. Gisel langsung
menimpali.
“ Udah gak usah dibahas. Yuk
pulang.” Kata Gisel sambil tersenyum.
“ Sel maafin gue yaa.. sama aja donk aku bikin
kesalahan lagi sama kamu. “ kata Toni memelas.
“ Santai aja lagi Ton, aku udah
maafin kamu kok.” Dan setelah itu Toni menyerah dan memilih untuk tidak
membahas masalah tersebut. Di mobilpun Toni menahan diri untuk tidak menanyakan
hal itu pada Gisel walaupun sebenanya banyak pertanyaan yang berputar-putar di
kepalanya dan menahan diri untuk hanya sekedar ‘kepo’.
JJJ
MISTER MISTERIUS
Sesampai di depan rumah Gisel, Toni
menghentikan mobilnya. Dan betapa malunya Gisel saat ibunya sudah ada di depan rumah untuk
menyambut Gisel.
“ aduh anak ibu kok dianter pake
mobil ya. Ati-ati lho siapa tahu dia cowok gak bener.” goda ibu Gisel sambil
mencubit pipi Gisel. Namun Gisel hanya tersenyum simpul, dia masih agak kecewa
dengan ibunya karena tadi pagi tidak meninggalkan pesan padanya.
“ Maafin ibu ya nak, tadi pagi ibu
buru-buru ke pasar gak sempat pamit. “ . kata ibu Gisel seperti menjawab
pertanyaan yang sedang dipikirkan Gisel.
“ Lain kali jangan buat aku khawatir
ya buJ!”
kata Gisel sambil mengecup pipi ibunya. Gisel tak ingin berlama-lama bila marah
dengan ibunya. Baginya ibunya adalah malaikat yang sudah terlalu baik
padanya. Selesai berganti pakaian Gisel
dengan sigap langsung ikut membantu ibunya untuk melayani pembeli yang datang
di warung makan kecilnya itu. Kebetulan hari ini ibunya mendapat pesanan nasi
box yang cukup banyak, untuk acara syukuran, tentu saja Gisel dengan senang
hati akan membantu ibunya.
Walaupun
hanya dikerjakan oleh 2 orang, pekerjaan yang lumayan berat itu ternyata bisa
diselesaikan dengan baik sebelum adzan maghrib tiba. Gisel langsung mengantar
pesanan nasi box yang berjumlah ratusan itu dengan menggunakan motor butut miliknya, maklum uang mereka belum
cukup bila digunakan untuk membeli kendaraan yang layak.
Berat memang apalagi dengan muatan
yang banyak, Gisel harus berhati-hati menyetir motor. Saat sedang sibuk menata
nasi box yang akan dia bawa, tiba-tiba Nita si cewek genit menghampiri Gisel.
“ ya ampun Sel, kenapa kamu bawa
pake motor?” kata Nita sambil geleng-geleng kepala.
“ Emang ada solusi lain yang lebih
baik gitu?” kata Gisel sambil nyengir.
“ eitts.ada donk, Princess Nita siap
mambantu. bentar-bentar.. aku telfon abang Rudi dulu yaaJ”
Gisel merasa jurusnya berhasil,
paling tidak dia bisa memanfaatkan kesempatan yang ada. Dan benar saja tak
sampai 5 menit bang Rudi sudah datang dengan mambawa mobil xenia silvernya. Ibu
Gisel pun hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelicikan anaknya itu. Namun tak apalah, baginya Gisel adalah kado terindah
baginya.
Tempat yang
dituju Gisel memang cukup jauh, belum lagi dia sekarang menyandang predikat
obat nyamuk karena berada di antara Nita
dan Rudi yang asik cipika cipiki. Namun tak masalah bagi Gisel yang penting dia
bisa sampai di tempat yang dia tuju dengan cepat. Dan sesampai di tempat yang
dia tuju Gisel langsung sigap untuk menurunkan ratusan nasi box yang ada di
dalam mobil. Saat mencoba masuk dan menghubungi yang punya hajat, Gisel
terbengong-bengong melihat rumah yang sangat mewah di hadapannya. Pilar-pilar
yang kokoh tegak, dan belum lagi di depan rumah saja sudah terpasang lampu
mewah.
“ Mbak, ada perlu apa ya?
“ kata seseorang yang membuyarkan lamunan Gisel. Dan dengan segera dia mencari arah suara
tadi, seorang wanita paruh baya mengenakan daster mewah yang nampaknya adalah
pemilik rumah itu.
“ Anu bu,, ini mau
nganter pesenan nasi box bu..” Jawab Gisel super gugup.
“ Oalah,, dari bu Rita
ya? “ jawab ibu tadi sambil tersenyum ramah.
“ Iya bu, ini mau ditaruh
dimana ya bu? “ kata Gisel masih dengan nada yang gugup.
“ Saya panggilkan
pembantu saya aja yaa, nanti biar mereka
bawa ke dalam.” Kata ibu tadi masih ramah. Dan setelah mengiyakan perintah dari
ibu tadi, Gisel langsung sigap membawa nasi box tadi bersama dengan beberapa
pembantu.
“ Makasih ya dek, nitip salam buat bu Rita, bilang aja dari
bu Nanik, langganan setianya. O iya, namamu siapa? “ kata ibu itu basa basi sambil
memberikan sejumlah uang.
“ Nama saya Gisel bu, putrinya bu Rita” jawab Gisel sambil
tersenyum simpul.
“ oo.. anaknya bu Rita yaa.. cantik sekali kamu., kayak
ibunya” kata-kata ibu tadi jelas membuat Gisel melambung jauh terbang tinggii..
bersama mimpi. (anggun punya.) Gisel pun
tersipu malu, dan setelah itu dia memilih untuk mohon diri dan menuju ke mobil
Rudi yang mengantarnya tadi.
“ Sel, kamu mau langsung pulang?” kata Nita.
“ Iyalah, masih banyak
kerjaan di rumah.” Jawab Gisel santai.
“ Mampir beli siomay bentar yukk. Kangen makan siomay nih. “
kata Nita.
“ Oke. Tapi jangan lama-lama. “ Gisel manjawab lagi dengan
ketus.
Dan jadilah mereka berempat meluncur ke sebuah pangkalan
pedagang kaki lima di pusat kota dan membeli siomay langganan Nita. Dasar si
genit Nita, walaupun dia pergi dengan gebetan barunya, tetap saja pedagang siomay
juga dia goda, jelas ini membuat Gisel geleng-geleng kepala, Rudi pun demikian.
Seperti kebiasaan Gisel yang suka makan sambil celingukan, ke kanan, ke kiri, ke belakang , kepalanya
berputar ke sana kemari melihat-lihat di sekitarnya. Barangkali ada seseorang
yang dia kenal. Dan mungkin suatu kebetulan saja, Gisel melihat Toni yang
sedang bersama seorang wanita sedang berjalan di pangkalan pedagang kaki lima,
namun entah mereka ingin membeli apa.
Gisel memperhatikan dengan seksama gerak-gerik Toni,
nampaknya itu pacar Toni, pikir Gisel.
“ Kenapa kamu Sel?” kata Nita tiba-tiba membuyarkan
konsentrasi Gisel.
“ Hah? Gak papa Nit!” jawab Gisel gelagapan.
Dan untungnya Nita tak
terlalu memperhatikan tingkah aneh Gisel, sambil menikmati siomay yang ada di
hadapannya, Gisel kembali memperhatikan tingkah Toni, ‘mereka berdua
benar-benar mesra, pasti itu pacarnya’ batin Gisel lagi. Sambil menghela nafas,
Gisel memalingkan muka dari pusat perhatiannya tadi. ‘Aneh, kenapa aku jadi
sedih gini sih?’ kata Gisel dalam hati lagi.
“ Eh, pulang yuukk..” kata Nita yang nampaknya sudah memenuhi
hasratnya yang terpendam untuk makan siomay kesukaannya. Gisel dengan spontan
langsung menghampiri penjual siomay untuk membayar.
“ Udah dibayarin Sel, ” kata Nita sambil tertawa kecil.
“ Ohh.. makasih ya!” kata Gisel sedikit gugup. Nita
keheranan, dia memegang dahi dan pipi Gisel.
“Kamu gak baik-baik aja kan Sel?” kata Nita.
“Sialan, ngapain pegang-pegang sgala, I’m fine! Oke?” jawab
Gisel dengan nada tersinggung. Dan akhirnya Gisel memastikan lagi apakah Toni
masih ada di luar sana, dan benar saja, Toni masih di tempat semula, Gisel hanya
berharap semoga Toni tak melihatnya. Namun apa boleh dikata, Toni melihat Gisel
menuju ke mobil bersama Nita dan Rudi, Toni hanya memandangi Gisel namun
setelah itu memalingkan mukanya. ‘Aneh’ batin Gisel lagi.
Pagi harinya seharusnya
Toni menemani Gisel pergi ke pasar seperti janjinya pada waktu itu. Tapi
nyatanya sampai siang hari, Toni tak menunjukkan batang hidungnya. Yasudahlah,
Gisel akhirnya memutuskan untuk pergi ke pasar sendirian membeli bahan-bahan
yang dibutuhkan untuk keperluan warung ibunya.
Sel, aku tunggu di
depan toko buah ‘delima’. Toni.begitulah
bunyi sms yang ternyata dari Toni. Namun Gisel tak mau memperdulikan hal itu,
dia memilih berjalan sendiri, menuju ke kios-kios pasar langganan ibunya. Dia
masih jengkel karena Toni hampir melupakan janjinya.
“ Gak baik lho anak kecil bawa barang sebanyak ini, sini gue
bawain!” Tiba-tiba suara Toni mengagetkan Gisel, dengan wajah datar Gisel malah
bengong, dan barang-barang yang dia bawa kini sudah berpindah ke tangan Toni.
“ E’eh,sini-sini, enak aja,, main rebut aja!” kata Gisel
setelah sadar sambil mencoba merebut barang yang dibawa Toni. Namun Toni hanya
terdiam dan terus berjalan membawa barang-barang belanjaan Gisel.
“ Kita mau belanja apa lagi tuan putri?” Goda Toni dengan
muka sok cool.
“ bawang putih 2 kilo, bawang merah 2 kilo, telur puyuh 3
kilo, sawi putih 10 ikat, minyak goreng .” kata Gisel sambil menengok daftar
belanja yang dia bawa.
“ Busettt, “ kata Toni sambil geleng-geleng kepala. Namun
Gisel malah menunjukkan tampang menantang. Dan selanjutnya Toni seperti menjadi pesuruh Gisel, dengan kerepotan dia
membawa barang-barang yang menggunung, sangat kontras jika melihat penampilan
Toni yang sangat cool saat ini.
“ Sel, maaf ya tadi pas gue mau ke rumah kamu mobil gue
mogok, nah trus gue cari bengkel tapi gak ada, aku cari kesana kemari sambil
dorong mobil sendirian, akhirnya ketemu di deket pasar sini, yaudah deh gue
langsung kesini aja, lagian aku tahu kamu pasti langsung kesini kan, trus pas
aku nunggu kamu di depan toko buah, gue liat lo bawa belanjaan banyak banget.
Yaudah gue samperin aja!” Toni cerita panjang lebar namun tak ada respon
positif dari Gisel. Penyakit juteknya
mulai kumat. Sadar omongannya tak digubris, Toni menyerah dan memilih untuk
menuruti apa yang Gisel mau.
“ Sel, lu tega ama gue ya, ini barangnya banyak banget. “
kata Toni setelah berjalan cukup lama.
“ Katanya gak baik anak kecil bawa barang banyak. Konsekuen
donk sama omongan sendiri!” kata Gisel dengan muka judes. Saat memalingkan muka
dia hanya tersenyum kecil, tertawa penuh kemenangan.
“ Ya, gak gini juga kan Sel, “ Kata Toni membela diri dengan
tampang yang gak karuan. Namun akhirnya Gisel sedikit pengertian dia memanggil
pesuruh pasar untuk mengangkut barang-barang ke mobil.
“ Sel, kenapa gak pake mobil gue aja? “ kata Toni kaget
ketika barang-belanjaan Gisel dimasukkan ke dalam sebuah angkutan pasar.
“ Ntar mobil lu bau Ton. Lagian udah impas kok sekarang, kamu
udah traktir aku, udah nemenin aku ke pasar. Dan abis ini kita udah gak ada
apa-apa lagi!” kata Gisel sambil mengangkat bahu.
“ Gak ada apa-apa lagi?” jawab Toni sedikit heran. Gisel
mengangkat bahu lagi.
“ Iya, gak ada apa-apa lagi. Lagian kamu dah punya pacar
kan?” upsss.. Gisel keceplosan. Dia sedikit panik menyadari apa yang baru saja
dia katakan.
“ Trus kenapa emank kalo aku dah punya pacar? “ jawab Toni
sambil tertawa jelas ini membuat Gisel malu.
“ Yaaa. Kan kalo kamu dah punya pacar,ntar dia ngira kita ada
apa-apa, kalo gak ntar kamu dikira selingkuh gimana?, udahlah aku pulang dulu
aja ya, ibuku udah nunggu. “ jawaban Gisel semakin ngawur, maksudnya ingin
mengalihkan perhatian Toni, dan menghindar dari Toni tentunya.
“ Lu gak bareng gue aja? “ kata Toni sedikit grogi.
“ Gak usah Ton, kan belanjaan gue disini. Emm.. makasih ya,
gue balik dulu. “ kata Gisel sambil masuk ke angkutan pasar yang akan
mengantarkan barang belanjaannya.
“ O.. o.. oke..” jawab Toni gugup sambil garuk-garuk kepala,
dan setelah itu Gisel berlalu dari hadapan Toni, sementara Toni masih bengong.
“ Aku belum punya pacar!!”Toni berteriak sambil melambaikan tangan, sementara mobil yang
membawa Gisel semakin menjauh dari hadapan Toni. Gisel hanya tersenyum.
“ibu… ibuu, ini belanjaannya udah lengkap” kata Gisel sambil
memanggil ibunya sesampainya dirumah,
“ Taruh dapur dulu nak..” Jawab sang ibu yang masih sibuk
melayani pembeli yang datang di warungnya. Dan dengan sigap Gisel menata semua
barang-barang yang sudah dia beli tadi di tempat yang tentunya sudah dia hafal
dengan baik.
“ Gisel, tolong ambilkan dompet ibu di kamar yaa!” kata ibu
lagi. Dan dengan cepat pula Gisel menuju ke kamar ibunya, namun saat mengambil
dompet, perhatian Gisel teetuju pada beberapa bungkus obat yang ada di kamar
ibunya, memang tak ada nama pemilik, namun Gisel bertanya-tanya obat milik
ibunya kah? Dan obat sebanyak itu untuk apa? Tanya Gisel dalam hati. Dan saat
dia mulai mengira-ira berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi ibunya sudah
memanggil Gisel.
“ Bu, yang di kamar tadi obat apa? Punya ibu? “ Gisel
memberanikan diri untuk bertanya.
“ Emm.. itu obat titipan temen ibu. “ kata ibu dengan seulas
senyum. Gisel sebenarnya ingin bertanya lebih jauh tapi malah ada pembeli di
warung yang minta untuk segera dilayani.
Gisel segera melupakan apa yang ada di pikirannya. Dan Gisel terheran-heran
lagi karena Toni ada di warungnya sedang menikmati makanan yang ada di
depannya. Gisel pun menghampiri Toni.
“ Ngapain kamu disini?” tanya Gisel sedikit menantang.
“ Lu gak liat gue lagi
makan?” kata Toni balik menantang. Gisel bengong.
“ Makanannya enak.. “
Toni sedikit berkomentar. Gisel agak jengkel memang melihat Toni berada di
warung makannya.
“ Gisel ngapain kamu
disitu? “ ibu Gisel memanggil.
“ Gak papa bu, ngelap
meja.” Kata Gisel sedikit gugup dan menjawab sekenanya. Sambil melotot, Gisel
meninggalkan Toni yang ssedang asyik makan.
“ Itu temen kamu yang
kemarin kan? Kayaknya dia mulai tertarik sama kamu.” Kata ibu Gisel bisa
disebut menggoda namun bisa dibilang juga peringatan untuk berhati-hati.
“ Ibu.. apa-apaan sih”
Gisel menjawab, bisa dibilang tersipu
malu, bisa dibilang juga pernyataan jijik.
“ Hati-hati sama cowok.
Kenalan boleh, tapi jangan kebablasan.” Dan bisa disimpulkan sekarang. Ibunya
memberi peringatan untuk Gisel.
J J J
AKU = ALIEN
Hari ini Ibu Gisel
memilih untuk menutup warungnya karena dia ingin pergi kondangan ke rumah temannya yang menikah. Namun Gisel enggan untuk
ikut walaupun sebenarnya dia mendapat undangan. Baginya walaupun ini adalah
hari Minggu, dia ingin beristirahat dan sedikit refreshing untuk menghilangkan
rasa penat setelah seminggu penuh beraktifitas. Dan yang pasti Gisel sangat
berharap semoga saja ibunya tak meninggalkan tugas padanya. Tapi apa daya,
“ Gisel kamu tolong pergi
ke toko Pak Joko ya, ambil barang-barang
pesenan ibu. “ muka Gisel yang tadinya ceria berubah menjadi sedikit masam.
“ Ya.” Jawab Gisel
singkat. Artinya menyerah.!, namun ibu Gisel tahu, kalau Gisel menjawab ‘tidak’
sekalipun dia pasti akan melaksanakan tugas darinya walaupun dengan rasa
terpaksa.
Dan setelah itu ibu Gisel
sudah dijemput oleh temannya yang akan pergi kondangan bersamanya. Sementara Gisel masih enggan untuk beranjak.
Tapi tiba-tiba ide cemerlang hinggap di otak Gisel..meluncuuurrrr!!!
J J J
“Permisi pak.”
“ OO… pasti anaknya bu
Rita ya? ini pesanannya.” Pak Joko sudah tanggap sepertinya sebelum Gisel
bertanya. Dan sebelum Gisel menjawab ‘iya’, ‘benar pak’ atau sekedar tersenyum
malu sambil mengangguk Pak Joko sudah melanjutkan dengan menjelaskan detail barang-barang
yang dipesan oleh ibu Gisel. Ada box makanan, sendok, plastik dan masih banyak
lagi yang tentunya berhubungan dengan katering. Dan kini Gisel harus memikirkan
satu hal lagi. Gimana cara bawa barang seabrek ini hanya dengan 1 motor?
“ kan ini barangnya
banyak, saya punya 2 alternatif!” kata Pak Joko seolah-olah dia bisa membaca
pikiran Gisel. Pak Joko mengerutkan kening memperhatikan Gisel yang tampak
kebingungan.
“ Apa pak?” jawab Gisel
singkat lebih terkesan menantang.
“ kamu tetep pake motor
atau saya antar dengan mobil itu dengan mengganti uang antar 150 ribu rupiah
saja!” kata Pak Joko yakin! Namun bagi
Gisel, itu bukan alternatif yang meringankannya. Bagaimana tidak, jika
dia memilih untuk diantar tentunya akan sangat merugikan dia, rumahnya ,hanya
berjarak 2 kilometer dari toko itu, lebih mahal dari ongkos naik taxi .
“ Saya tetep pake motor
pak!” kata Gisel sambil tersenyum lebar. Dia sedikit malas memang meladeni
bapak yang satu ini.
“ baiklah.. “ jawab Pak
Joko sambil mengangkat bahu. Dan setelah itu Gisel berusaha menata
barang-barang yang tentu saja jumlahnya tidaklah sedikit. Dan saat dia berhasil
menata semua barang itu tampak senyum puas tergurat di wajahnya.
“ Saya yakin , gak sampai
1 kilo dari sini barang-mu udah berceceran di jalan.” Kata Pak Joko
menyepelekan. Namun Gisel tak memperdulikan perkataan Pak Joko. Dengan sopan
dia meminta ijin pulang ke pak Joko, dalam hatinya masih jengkel sebenarnya.
Selama perjalanan Gisel
was-was, kalau saja barang-barang yang dia bawa jatuh. 1 menit, 2 menit, Gisel
bisa bernafas lega, tak ada hal apa-apa yang terjadi. Namun saat dia berpapasan
dengan mobil dia kehilangan keseimbangan daaann
GUBRAAAK!!!!!
Gisel langsung teringat akan
kata-kata Pak Joko. Belum sampai 1 kilometer meter memang Gisel sudah terjatuh,
semua barang-barang Gisel jatuh berceceran di aspal.
“ Maaf ya mbak, saya bener-bener gak
sengaja.” Kata sang pemilik mobil yang keluar dan membantu untuk membereskan
barang-barang Gisel.
“ oh, iya pak.. gak papa, saya yang
salah” kata Gisel dengan sangat sopan.
“Aduh, ini barangnya banyak sekali
jelas gak muat kalau dibawa pake motor mbak, mari saya antarkan. “ kata bapak
tadi dengan sangat sopan pula. Gisel tak semestinya langsung percaya memang.
Namun tak tahu kenapa Gisel tak hanya bengong tak bisa berkata apa-apa.
“ Saya kan bawa motor pak.” Kata
Gisel lagi.
“Nanti
motornya biar asisten saya yang bawa! “ . Bapak tadi menjawab lagi dengan
sangat sopan pula,dan benar saja. Seorang pria yang bertubuh macho, keluar dari
mobil itu dan langsung tanggap dengan apa yang diperintahkan bosnya. Gisel
bengong , jelas sangat terpesona dengan cowok yang baru saja keluar dari mobil
tersebut. Dengan kemeja warna merah dan dasi warna hitamyang sangat mendukung
penampilannya tentu saja tak pantas jika harus mengendarai motor butut keluaran
tahun antah berantah milik Gisel. Dan dengan kebengongannya, kini Gisel malah
berada di satu mobil dengan bapak si pemilik mobil tadi . memang dia terlihat
sangat elite, dari semua barang-barang yang ada di mobil, barang-barang yang
dia kenakan dan gadget yang tentunya
sudah sangat canggih, sangat jauh bila dibandingkan dengan handphone yang
dimiliki Gisel.
“
barang-barang ini untuk apa? Kok banyak banget!” kata bapak tadi sembari
melihat barang-barang bawaan Gisel. Mungkin dia keheranan melihat barang-barang
yang sangat banyak dan aneh mungkin baginya.
“
Ini pesanan ibu saya, untuk pesanan catering besok. Ibu memang punya usaha
catering kecil-kecilan pak.” Jawab Gisel dengan senyum malu-malu.
“
o ya? Mungkin kapan-kapan saya bisa memesan makanan ke catering ibu kamu, “
kata bapak tadi sambil melirik ke arah Gisel.
“
Wahhh… kalau untuk orang kaya seperti bapak, mana mau bapak makan makanan yang
biasanya hanya untuk kelas menengah ke bawah pak, “ jawab Gisel malu-malu.
“
Jangan salah , walaupun penampilan saya begini, saya masih suka makan di warteg
lho..” kata si bapak lagi sambil mengangkat alis.
Dan
selanjutnya mereka berdua terlibat dalam perbincangan yang hangat. Gisel pun menikmati topik yang dibawakan oleh sang
bapak. Hingga akhirnya Gisel sudah sampai di rumah. Dan menurunkan
barang-barangnya dibantu 2 orang laki-laki yang baru saja dia kenal tadi.
“ Salam untuk ibu kamu ya., “ kata bapak tadi menutup
perjumpaan mereka.
“ Bye cowok macho” batin
Gisel dalam hati sambil tersenyum riang.
J J J
06.30, saat itu Gisel
sedang berada di bus umum bersama seseorang yang mau tak mau harus disebut
sebagai ‘ Sahabat’, siapa lagi kalau bukan Nita. Di bus umum si Nita malah
sengaja berdiri walaupun ada tempat duduk yang masih kosong. Dan tentu saja
tebar pesona yag dia lakukan, senyum manis ke kanan, kiri, depan belakang,
sambil berkata “ haii.. hari ini cerah
yaJ” dan dia harus siap
dengan muka illfill dari orang-orang
di sekelilingnya. Dan sebagai orang yang sudah terbiasa dengan tingkah polah
makhluk aneh itu Gisel hanya bisa berpura-pura tak pernah mengenal Nita.
Sesampainya di sekolah,
Nita dan Gisel langsung bergegas menuju kelas. Di tengah jalan Gisel melihat
Toni tergopoh-gopoh menghampirinya.
“ Ini, buat kamu!daaa..”
kata Toni sambil menyerahkan selembar kertas kepada Gisel dan setelah itu dia
segera berlari menuju kelasnya.
“ Ciyeee,, tagihan utang
ya Sel,” kata Nita sambil tertawa terbahak-bahak.
Gisel tak menanggapi, dalam hatinya dia sangat ingin tahu apakah isi
selembar kertas itu. Namun dia mengurungkan niatnya untuk segera membaca isi
selembar kertas misterius itu.
“ Hey, anak haram …”
suara itu jelas terdengar di telinga Gisel, dan dia sudah kenal suara siapa
itu. Jesika, cewek rese yang notbene adalah putri tunggal pewaris yayasan
cempaka mulya, yayasan pendidikan terbesar di kota itu dan salah satunya adalah
sekolah tempat Gisel menuntut ilmu sekarang ini.
“ Heyy,, gak usah
macem-macem yaa!” Nita berusaha untuk membela Gisel.
“ Kok kamu yang nyolot?” kata
Jessica lagi, dengan muka sinis. Gisel hanya terdiam, hanya buang-buang waktu
saja meladeni siluman satu ini.
“ Emmm.. anak haram,
nasibnya juga gak bakal jauh dari ibunya kan?” kata Jessica lagi sambil tertawa
terbahak-bahak bersama dengan teman-teman se geng nya yang super norak itu.
Mendengar perkataan Jessica tadi, Gisel terbakar emosi, saat dia ingin rassanya
memukul dan menyerang Jessica, trio norak itu malah segera berlalu dari
hadapannya dengan masih tertawa puas. Nita berusaha menenangkan Gisel dengan
mengajaknya untuk segera menuju ke kelasnya.
Di kelas Gisel sebenarnya
masih memikirkan apa yang dikatakan oleh Jessica tadi, dia memang sudah sering
menerima ejekan seperti itu sejak kecil, namun kadang hal itu sering membuatnya
goyah juga.
“ Eh, tadi isi kertas
dari Toni apaan Sel? “ kata Nita tiba-tiba membuyarkan lamunan Gisel.
“ Aku males baca Nit, “
kata Gisel badmood sambil menyerahkan kertas tadi ke Nita. Setelah itu Nita
membaca isi surat itu dengan muka takjub sambil senyum-senyum, geleng-geleng
kepala, dan berdecak kagum.
“ Hey, dia ngajakin kamu
jalan Sel!” kata Nita penuh semangat!.
Namun tak ada tanggapan dari Gisel. Dia berpura-pura serius memperhatikan
pelajaran yang sedang berlangsung, namun jelas terlihat pandangan Gisel kosong
menerawang tak tahu arahnya kemana. Mungkin dia masih memikirkan perkataan
Jessica tadi. Nita yang duduk di sebelah Gisel hanya bisa berusaha menghibur
Gisel dengan tingkah anehnya yang jelas sangat jauh dari selera humor Gisel
sehingga Gisel tak mungkin tertawa. Nita memang prihatin jika Gisel mengalami
hal seperti tadi pagi. Dia pasti tergoncang.
J J J
“ Ciye yang mau kencanJ “ kata ibu pada Gisel
saat pulang sekolah. Namun Gisel hanya terbengong-bengong.
“ Siapa bu? Aku? “ kata
Gisel menegaskan. Masih dengan mukanya yang kebingungan.
“ Kalau bukan kamu siapa
lagi? “ kata ibu dengan senyum menggoda. Gisel malah semakin bingung. Dan saat
dia menuju kamar dia baru ingat tentang kertas yang diserahkan Toni padanya
tadi pagi. Dia bergegas menuju ke
kamarnya dan segera membuka isi kertas itu, warna dan bentuknya sudah lumayan
lusuh, mungkin karena terlalu lama dipegang Nita, batinnya.
Gisel,
mungkin harusnya kita udah gak ada komunikasi apapun ya semua hutang gue ke lu
udah lunasss..
Tapi,
jujur gue seneng berteman sama lu.
Nanti
malem ada acara? gue jemput lu jam 7 ontime ya!.
Maaf
gue pake kertas sgala, soalnya lu gak
pernah bales sms gue sih.
-cowok
charming-
Setelah
membaca isi secarik kertas itu Gisel sedikit tersenyum apalagi cowok aneh itu
menulis tanpa disingkat sedikitpun. Dan dia mulai bertanya-tanya pula.
Bagaimana bisa ibunya tahu kalau dia diajak kencan?
“
Ibu, ibuu.. tahu darimana kalau aku mau kencan? “ Gisel memberanikan diri
bertanya.
“
Rahasia.” Kata ibu dengan senyum kecil. Gisel tak mau mengorek lebih dalam
tentang hal yang gak penting itu. Dan sekarang banyak pertanyaan melayang di
benaknya. Datang atau nggak? Mau diajak kemana? Pake baju apa? Dandan atau
nggak?
Aarrgghh
!!!
J
J
J
19.00
Gisel sudah berubah penampilan dengan mengenakan blus warna merah maroon dengan
hiasan sedikit manik-manik di bagian depan dan flat shoes warna biru. Gisel
memang tak mau mengenakan dress yang dipilihkan ibunya. Namun dengan mengenakan
baju simple itu Gisel tetap terlihat anggun dan menarik.
Jam 19.10 Toni sudah datang dan siap
untuk menjemput Gisel, dengan mengenakan kemeja warna biru, celana jeans warna
hitam dan sepatu putih, Toni tampak keren, Gisel yang berpenampilan ala
kadarnya sangat terpesona melihat penampilan Toni yang amat menawan saat itu. Setelah
berpamitan pada ibu Gisel, mereka berdua pun berangkat.
“Kamu cantik!” kata Toni saat sedang
di perjalanan. Gisel yang mendengar pujian itu sebenarnya tersipu malu namun
berusaha untuk tetap terlihat jutek.
“ Kita mau kemana?” kata Gisel
mengalihkan pembicaraan. Toni tak menjawab dia berpura-pura serius menyetir
mobil hingga akhirnya mereka sampai di sebuah tempat yang Gisel tak tahu nama
tempat itu tak ada plakat atau apapun yang menuliskan nama tempat itu. Dan kali
ini tentu saja Toni berhasil membuat Gisel penasaran. Bangunannya mirip restoran,
namun bisa dibilang mirip hotel, atau bahkan bisa dibilang sebuah villa, dan
masih banyak terkaan yang melayang di pikiran Gisel.
Mereka berdua memasuki sebuah lorong
dengan lampu remang-remang, lorong itu sangat panjang dengan macam-macam
lukisan antik di sepanjang tembok lorong itu, tanpa sadar Toni sudah
menggandeng tangan Gisel, dan jadilah mereka benar-benar seperti pasangan
kekasih yang serasi.
Toni tak berbicara sepatah katapun,
namun dia terus mengarahkan Gisel ke jalan antah berantah, sesudah memasuki
lorong yang super panjang, mereke berdua menuju ke tangga yang antik pula
dengan bahan dari kayu sepertinya. Di sepanjang tangga itu ada lilin-lilin
kecil yang menambah kesan romantis. Setelah menyusuri anak tangga yang lumayan
panjang, mereka berdua sampai di sebuah tempat, yang ini lumayan ramai, banyak
orang mengantri untuk membeli tiket sepertinya.
“ Tempat apa sih ini? “ kata Gisel
tak tahan dibuat penasaran.
“ No coment!” kata Toni sambil
tersenyum menggoda Gisel.
Gisel menyerah untuk mengikuti Toni.
Setelah berjalan cukup lama akhirnya mereka berdua sampai di suatu tempat yang
lumayan tinggi. Tak ada seorangpun disitu, gelap gulita, dan Gisel hanya
melihat satu lilin menyala disitu. Toni hany tersenyum.
“ Bukannya gue sok romantis ya, tapi
kuharap kamu suka. “ kata Toni membuat Gisel sedikit dag digdug. Dan sesaat
setelah itu, lampu dinyalakan dan di hadapan Gisel tersaji pemadangan yang
sangat indah. Lampu kota menyala dengan indahnya bisa dilihat dari jendela yang
tadinya tertutup tirai, dan ada 1 meja yang sudah tertata rapi lengkap dengan
berbagai menu makanan yang sudah tersaji menggoda selera, belum lagi di tembok
ruangan itu ada berbagai jenis lukisan menakjubkan dan sangat dikagumi Gisel.
“ Kok kamu tahu kalau ku suka lukisan
?” kata Gisel dengan wajah terpesona. Toni hanya tersenyum, dia cukup puas
dengan usahanya selama ini membuat kejutan untuk Gisel.
“ Ini sama aja liat pameran gratis
Ton, “ kata Gisel masih takjub sambil melihat satu-persatu lukisan yang ada
sekeliling tembok tempat Gisel dan Toni berdiri.
“ Siapa bilang gratis?” kata Toni
menggoda Gisel. Dan setelah itu Toni menarik
tangan Gisel, padahal Gisel masih ingin berlama-lama di ruangan itu. Mereka
berdua menuruni tangga, namun tak melewati jalan yang semula mereka lewati saat
menuju ke tempat itu.
Tangga dengan ornamen yang tak kalah menarik
dengan lilin-lilin kecil yang setia menyala menambah kesan romantis, tiba-tiba
Gisel merasakan matanya ditutup dengan selembar kain.
“ Tonn. Aku mau dibawa
kemana? “ kata Gisel sambil meronta ingin agar penutup mata itu dilepaskan.
“ Percaya sama gue.oke?” jawab Toni
menenangkan.
Saat matanya ditutup, Gisel bisa
menghirup aroma yang sangat menyejukkan di sekitarnya, entah itu aroma apa tapi
yang jelas dia sangat menyukai aroma itu. Gisel berjalan perlahan-lahan dengan
Toni yang menuntun tangannya, membimbing ke suatu tempat yang tak pernah Gisel
tahu.
“ Sekarang buka mata!” kata Toni saat mereka sudah sampai di
tempat yang mereka tuju.
J
J
J
Gisel kembali dibuat takjub dengan
pemandangan di depannya. Bagaimana bisa
sekarang dia berada di sebuah tepi pantai yang sangat indah, setahunya di
daerah itu tak pernah ada pantai.
“ Ini pantai beneran Ton?” kata
Gisel masih heran juga. Toni hanya mengangguk sambil tersenyum. Dan setelah itu
Gisel dan Toni duduk di tepi pantai hanya duduk dengan beralaskan selembar tikar dan beratapkan
langit berbintang, dan ditemani dengan hidangan seafood Romantis.
“ Dulu, tempat ini jadi tempat
kencan pertama orang tua gue.” Kata Toni memulai percakapan. Gisel hanya
terdiam, masih sangat menikmati suasana di sekitarnya.
“ Ayahmu romantis dong.” Komentar
Gisel singkat.
“ Iya, sampai sekarang mereka juga
sering kesini.” Kata Toni. Dan kata-kata Toni membuat Gisel teringat pada
ibunya.
“ Seandainya ibuku bisa ngrasain hal
yang sama kayak ibumu Ton” kata Gisel dengan raut muka sedih. Toni memandang
Gisel dengan raut muka bersalah karena sedikit membuat Gisel tersinggung.
“ Emm.. maaf Sel, aku ..” belum
sempat melanjutkan kata-katanya namun Gisel langsung menimpali.
“ Asal kamu tahu, aku orang kotor
Ton, aku Cuma anak haram yang sebenarnya gak diinginkan” kata Gisel tambah
sedih lagi, dia mulai goyah
“ Sel, maaf gue gak bemaksud
nyinggung itu. Maaf.. “ kata Toni dan jelas-jelas sekarang dia merasa sangat
bersalah.
“ Gak usah dibahas Ton, aku pulang
aja!” kata Gisel sambil meninggalkan Toni sendirian di tepi pantai, namun Toni
berusaha mengejar Gisel, dan berhasil meraih tangannya.
“ Sel, aku sayang sama kamu!” kata
Toni berteriak di saat Gisel sedang berusaha berlari ingin meninggalkan Toni.
Namun mendengar perkataan Toni, Gisel mengurungkan niatnya untuk berlari, mata
mereka saling beradu. Gisel tak menyangka, tanpa kata ‘gue’, ‘lu’ yang biasa
digunakan Toni untuk berkomunikasi, membuat kata-kata terkesan sangat
sungguh-sungguh. Namun dia tak ingin serta merta mempercayai kata-kata tadi.
1 detik, 2 detik, dan akhirnya Toni
tak kuat menahan rasanya untuk memeluk Gisel, akhirnya di tepi pantai nan
romantis itu, Gisel merasakan kehangatan yang luar biasa dari seseorang yang
baru dia kenal kurang lebih sebulan yang lalu.
“ Aku udah tahu semua tentang kamu,
tentang semua masa lalu kamu, tentang hal yang kamu suka, semuanya aku tahu
Sel, kamu jangan takut aku bakal ninggalin kamu Cuma gara-gara semua tentang
kamu itu! Aku sayang kamu!” kata Toni yang jelas membuat Gisel merasa tenang,
namun dia tak bisa menjawab apapun. Hanya diam, berpikir dan masih tak
menyangka semua ini terjadi sebenarnya.
“ Kamu mau kan jadi pacarku?” kata
Toni setelah melepaskan pelukannya dan memandang lekat ke mata Gisel. Namun
belum ada jawaban dari mulut Gisel. Dia masih tak menyangka, di dalam hatinya
terjadi pertempuran yang sangat hebat. Sementara Toni lebih dag dig dug lagi
mendengar jawaban Gisel. Angin malam yang super dingin dan ditambah lagi
suasana malam yang sangat tenang itu menemani mata Gisel dan Toni yang saling
beradu dengan membawa perasaan masing-masing yang campur aduk.
“ Ya” kata Gisel sambil mengangguk.
Diakhiri dengan pelukan kemenangan Toni mengawali kisah cinta mereka berdua.
J
J
J
TUAN MUDA
Semenjak
peristiwa malam itu, dua sejoli yang sedang dimabuk cinta itu telah membuat
kehebohan di sekolah. Bagaimana tidak, Toni yang super charming dan Gisel yang
notabene sering menjadi bahan ejekan bisa menjadi sepasang kekasih. Ibu Gisel
juga sudah mengetahui hal itu, baginya tak masalah Gisel mulai mencoba pacaran,
dia tak ingin Gisel merasakan hal yang sama dengan dirinya saat dia harus
pacaran sembunyi-sembunyi hingga terjadi suatu hal yang tidak dia inginkan
waktu itu.
Hari
ini hari Minggu tapi Gisel tak ada rencana untuk pergi kemanapun. Toni yang
seharusnya menghabiskan waktu bersama Gisel harus pergi ke luar kota untuk
menghadiri pernikahan saudaranya.
“
Permisi.” Ada seseorang yang mengunjungi warung Gisel nampaknya. Gisel yang
kebetulan sedang berada di depan rumah langsung menghampiri orang tadi. Gisel
melongo, karena ternyata yang datang adalah asisten macho yang waktu itu
menolongnya. Masih dengan gayanya yang macho, orang itu sedikit menunduk saat
melewati pintu rumahnya, padahal belum dipersilakan masuk. Pikir Gisel.
“Ibu,
ada?” kata cowok itu tadi.
“
A..ada..” jawab Gisel sedikit gugup. Dan saat itu juga ibu Gisel
datang untuk menemui tamu tadi dengan sedikit tergopoh-gopoh.
“
Iya mas, ada apa? “ kata ibu Gisel dengan sangat sopan.
“
Perkenalkan nama saya Rudi bu, mungkin mbak Gisel sudah tahu. Waktu itu saya
kebetulan bertemu dia, saya diutus bos saya untuk memesan makanan disini untuk
acara meeting minggu depan. “ kata cowok macho tadi yang ternyata namanya Rudi,
Gisel tersenyum karena tanpa harus berkenalan dia sudah tahu nama orang tadi.
“
OO..minggu depan hari apa ya mas?. tapi kehormatan bagi saya lho ini bisa
dipesan dari perusahaan. “ ibu Gisel menanggapi sambil tersipu malu.
“
Ahh.. ibu ini bisa aja. Banyak yang bilang makanan disini enak kok bu, makanya
kita mau coba.” Kata cowok tadi, yang sebenarnya sok tahu, dan selanjutnya
mereka bertiga terlibat dalam tawar-menawar harga dan masih banyak lagi, Gisel
yang menjadi orang ketiga di perbincangan itu hanya bisa mengangguk, senyum-senyum,
dan pura-pura menjadi orang yang sangat mengerti dalam bidang yang digeluti
ibunya tersebut. Bisa dibayangkan kan betapa konyolnya muka Gisel yang berusaha
pura-pura yakin.
Hingga
akhirnya cowok macho tadi meninggalkan rumahnya Gisel masih senyum-senyum
sendiri.
“
Sel, belanja!” kata ibu Gisel sambil menyerahkan selembar kertas pada Gisel.
Namun Gisel hanya bisa melotot dan geleng-geleng kepala.
“
Tapi ibuuuu.. ini panas bangeet L, lagian itu
masih buat minggu depan kan?” Gisel
mengeluh pada ibunya.
“ Ini proyek besar Sel, kita harus nyiapin sebaik-baiknya!”
Kata ibu Gisel sedikit lebay.
Dan
jadilah Gisel dan ibunya pergi ke pasar dengan menggunakan motor butut
satu-satunya yang mereka miliki. Selama perjalanan ibu Gisel nyerocos terus
membicarakan tentang rasa bangganya mendapat pesanan dari sebuah perusahaan
besar. Gisel sebenarnya malas untuk mendengarkan apalagi menanggapi, selain
karena ia harus berkonsentrasi menyetir motor dia juga harus menahan kepanasan
di siang yang amat terik itu.
Sesampainya
di pasar, Gisel harus mengekor pada ibunya, membawakan ini dan itu, sangat
pantas jika disebut pembantu. Dengan muka malas-malasan dan cara jalannya yang
terkesan malas-malasan pula Gisel mau tak mau terus mengikuti ibunya. Dia sudah biasa melakukan hal itu dengan terpaksa.
Namun dia hanya ingin menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, eh, hanya
berbakti pada ibunya. L
J J J
Gedung
perkantoran nan mewah, yang menjulang tinggi itu ada di hadapannya, “ Sinar Mas
group” itulah nama perusahaan yang ada di hadapan Gisel sekarang, sebuah
perusahaan yang bergerak di bidang Jasa telekomunikasi. Dengan yakin Gisel
memasuki gedung itu ditemani Nita dan gebetan barunya, lagi-lagi Toni tak bisa
menemani karena sekarang dia sedang sibuk dengan salah satu organisasi di
sekolahnya.
Saat
Gisel memasuki gedung mewah tersebut, dia sangat kagum dengan berbagai ornament
yang ada di gedung tersebut, penuh dengan suasana etnik nan unik.
“
Ada perlu apa mbak?” kata seorang petugas menyapa Gisel.
“Gini
pak, kami mau mengantarkan pesanan makanan ke ruang meeting room. Dimana ya
ruangannya pak?” kata Gisel dengan super ramah.
“
ooo.. silahkan mengisi buku tamu dulu mbak, nanti saya antarkan. “ kata petugas
keamanan tadi. Dan setelah itu Gisel
mengangguk dan mengisi buku tamu yang tersedia. Setelah itu mereka menuju ke
lift dan langsung menuju ke ruang meeting room yang dimaksud, Gisel hanya
menunggu di luar sementara petugas keamanan tadi memanggil seseorang untuk
keluar.
Tak
sampai 5 menit seseorang yang tak lain adalah direktur perusahaan tersebut
keluar. Gisel pernah bertemu dengan orang tersebut sebelumnya saat dia jatuh
dari motor beberapa waktu yang lalu. Gisel dan bapak itu terlibat sedikit
pembicaraan, hingga akhirnya bapak tadi masuk kembali ke ruangan sambil
menyuruh beberapa asistennya untuk mengambil
makanan yang dibawa Gisel. Kini
Gisel,Nita dan gebetan Nita yang tak tahu siapa namanya duduk di ruang tunggu
depan meeting room tersebut karena permintaan dari direktur tadi untuk menunggu
sebentar.
“
Mari ke ruangan saya!” kata direktur tadi mengajak Gisel. Saat memasuki ruangan
direktur tadi, Gisel sangat kagum karena ternyata ruangan tadi masih mengusung
tema etnik. Benar-benar unik. Batinnya. Di ruangan itu terpajang foto-foto keluarga
namun nampaknya tak ada foto terbaru nampaknya, hanya ada foto bernuansa tahun
’80 an. Keluarga itu amat bahagia nampaknya terlihat dari foto-foto kebersamaan
yang sangat Nampak akrab. Gisel iri.
“
Saya puas dengan makanannya. Ini pantas dibayar mahal.” Kata bapak tadi.
“
o ya?” kata Gisel kaget sambil tersipu malu. Selanjutnya Gisel diberi sebuah
amplop yang isinya upah dari hasil kerja keras dia dan ibunya tentunya.
“
waa. Makasih pak, tapi ini banyak banget. “ kata Gisel masih keheranan.
“
gak masalah, itu sebagai bentuk rasa terimakasih saya. Saya mau besok setiap
ada even di perusahaan ini saya bisa menikmati makanan kamu lagi. “ kata bapak
tadi sambil menyerahkan kartu namanya.
“Saya
sudah tahu nomor ibu kamu dari asisten saya. Jadi , kalau nomor yang ada di
kartu nama itu menghubungi kamu itu saya ya..” kata bapak tadi dengan
menggunakan bahasa yang tidak efektif pikirnya. Ternyata namanya adalah Danang
Prabowo. Mungkin panggilannya pak Danang. Pikir Gisel.
“ Baik pak Danang J” kata Gisel sambil mengangguk tanda hormat dengan senyum
manis di bibirnya dan setelah itu dia memohon ijin untuk pulang.
Sepeninggal Gisel, Pak
Danang masih heran kenapa dia begitu perhatiannya pada Gisel, jarang sekali dia
mau terjun langsung apalagi hanya mengurusi makanan untuk meeting. Tapi mungkin
karena ini adalah kali pertama dia memesan makanan di tempat yang berbeda.
Pikirnya dalam hati.
J J J
Pagi
yang cerah, Gisel siap untuk berangkat ke sekolah, badannya memang sangat lelah karena tadi pagi ia harus ikut
menyiapkam makanan yang akan dijual ibunya, namun dia tetap bersemangat
berangkat ke sekolah. Hari ini dia dijemput pacarnya Toni,
“
Selamat pagi Cantik J” sapa Toni pada Gisel. Namun yang
dipuji malah cemberut, yang jelas Toni tak tahu apa sebabnya.
“
kamu kenapa? “ kata Toni melihat tak ada
respon positif dari Gisel.
“
Kita tuh sebenarnya pacaran gak sih?” kata Gisel dengan wajah yang masih
cemberut.
“
Ya pacaran lah..” jawab Toni tenang dengan sedikit tertawa.
“
Kalo pacaran kenapa udah sebulan kita pacaran kamu gak ngajak jalan atau
ngapain kek gitu.. alasannya ini lah,
itu lah. aku gak jauh beda kan kayak pas jadi teman kamu dulu!Aku butuh
kejelasan aja!” Emosi Gisel mulai meledak.
“
Ya ampun, oke deh aku minta maaf, tapi kamu tahu kan gimana kesibukan aku, aku
punya banyak tanggung jawab juga, “
“
Ya kalo gitu ngapain kita pacaran?buat status doang? Apa kamu malu ya kalo
jalan bareng aku?“ Gisel menambahkan dan muka juteknya tak dapat dikalahkan
siapapun.
“
Sel, tolong ngertiin aku ya, aku emang kemarin belum ada waktu yang pas buat
kamu. Oke deh, nanti malem kita jalan ya!” kata Toni sambil memperlihatkan
pandangan menggoda Gisel.
“
oke. kalo kita gak jadi jalan, kita putus!” kata Gisel tegas sambil melotot
pada Toni. Dan selanjutnya Toni terus
menerus menggoda Gisel, dia tak ingin adu mulutyang bar saja mereka alami
berkelanjutan dan yang paling penting
dia harus mengembalikan mood Gisel yang mulai hilang, tahu sendiri kan kalau
Gisel bad mood , juteknya minta ampun, demi apaa dia benar-benar akan menjadi
seperti monster.
Sesampainya
di sekolah, Gisel masih cemberut namun saat melihat pemandangan di depannya,
Gisel tertawa terbahak-bahak. Bagaimana
tidak, temannya yang tak lain adalah Nita, tampil CETAR MEMBAHANA BADAI
HALILINTAR! hari ini, dia memoles mukanya dengan bedak yang terlalu tebal
nampaknya, belum lagi dia memakai lipstick yang belepotan kemana-mana dan yang
paling penting adalah sepatunya yang modelnya sangat norak dengan warna
mencolok dan belum lagi kaos kaki setinggi lutut bermotif pelangi, yang membuat
Gisel lebih heran lagi adalah rambut yang dikepang ke arah depan, belakang,
samping kiri kanan. Jelas saja Gisel dan Toni yang melihat pemandangan seperti
alien itu tertawa.
“
Niit.. kamu kesambet setan apa jadi badut begini!” kata Gisel sambil terus
tertawa.
“
iihhh Gisel aku kayak gini kan ngikutin bintang kesukaanku” Nita menjawab
dengan rasa percaya diri yang amat tinggi.
“
hah? Mana ada artis macam lu begini!” Toni menimpali
“
ya ampun kalian kok gak update banget sih. Liat ini !” kata Nita sambil
menunjukkan salah satu bintang favoritnya. Gisel dan Toni yang melihat foto
yang ditunjukkan Nita langsung tertawa terpingkal-pingkal.
“
kok kalian masih ketawa sih?” kata Nita dan wajahnya yang tadinya ceria dan
optimis berubah menjadi cemberut melihat reaksi kedua temannya. Setelah itu
Gisel dan Toni langsung meninggalkan Nita yang mulai merasa kehilangan rasa PD
hari ini, padahal dia sudah mempersiapkan penampilannya kali ini jauh-jauh hari.
“
Ya ampun dia bener-bener konyol ya!” kata Gisel pada Toni sambil terus menerus
tertawa.
“
Iya, aku heran banget deh sama makhluk satu itu!, “ kata Toni sambil terus
tertawa juga.
“
Eh, tunggu dulu tapi dia udah nolong aku pagi ini. “ kata Toni tiba-tiba
teringat satu hal. Gisel bertanya-tanya , menolong?
“
gara-gara dia kamu jadi lupa kan kalo kamu ngambek sama aku?” kata Toni lagi
dan dia tertawa penuh kemenangan sambil terus menggoda Gisel. Hingga akhirnya
Gisel mengakui kemenangan Toni. ‘orang ini selalu balikin moodku yang ilang. ‘
kata Gisel dalam hati.
J
J
J
LET’S BREAK UP!
Jam
7 malam telah lewat dari setengah jam yang lalu, namun Toni belum menunjukkan
batang hidungnya. Gisel yang menunggu kedatangan
Toni menunjukkan raut muka yang tak mengenakkan, bagaimanapun juga dia paling
benci jika harus menunggu terlalu lama. Sampai jam 8 malam, Toni tak kunjung
datang. Gisel semakin kesal.
Sementara
itu di tempat yang berbeda, ternyata Toni harus berjuang memperbaiki mobilnya
yang mogok. Ia mencoba menghubungi Gisel namun tak ada hasil. Mungkin Gisel
marah. Pikirnya. Dia harus siap dengan dengan konsekuensi yang dia terima bila
dia tak menepati janjinya kali ini, Putus!. Tapi apakah Toni akan merelakan
Gisel pergi begitu saja? Tentu saja tidak , dia sangat mencintai Gisel, tak ada
yang bisa mengalahkan cintanya pada Gisel.
Pada
saat itu juga Toni nekat meninggalkan mobilnya di bengkel dan ia berlari menuju
rumah Gisel, memang sudah jam 8 sekarang. Tapi baginya tak ada yang terlambat,
semoga masih ada kesempatan. Dengan sekuat tenaga dia berlari, masih 1
kilometer kira-kira dia harus berlari menuju rumah Gisel. Namun dengan sekuat
tenaga ia tetap berlari. Hingga saat sudah sampai di rumah Gisel ia sudah
mendapati pintu gerbang terkunci rapat.
Toni
mencoba menghubungi Gisel lagi. Namun tak ada hasil. Dia berusaha mencari jalan
yang lain, dia mencoba megetuk pintu. Namun sial, kali ini yang keluar malah
ibu Gisel. Toni meneyerah pada keadaan semoga nasib baik berppihak padanya.
“Permisi
Bu..” kata Toni sesopan mungkin.
“
Ia.. ada apa malam-malam kesini? Gisel udah tidur.” Jawab ibu Gisel sejudes
mungkin. Agar terlihta berwibawa sepertinya.
“Saya
ingin bertemu Gisel sebentaaarr saja bu, ada hal penting yang harus saya
bicarakan!” kata Toni lagi dengan wajah memelas.
“
Gisel sudah tidur!” kata ibu Gisel lagi sedikit membentak!. Dia nampaknya sudah
jengkel dengan Toni.
“
Ada apa bu?” kata Gisel tiba-tiba mengagetkan Toni dan ibu Gisel tentunya yang
sedang berakting marah.
“
Baiklah, kalian sebaiknya ngobrol berdua.” Kata Ibu Gisel menyerah. Toni
tersenyum penuh kemenangan.
“Jangan
sakiti anak saya!” Ibu Gisel berbisik pada Toni dengan mata melotot. Toni hanya
mengacungkan ibu jari sambil mengerdipkan sebelah matanya. Dan beberapa saat
kemudian Toni dan Gisel duduk berdua di teras umah Gisel sambil menikmati
suasana malam yang sunyi. Toni membuka pembicaraan.
“
Maaf Sel, mobil aku mogok. Trus tadi aku coba hubungi kamu tapi..”
“
Gak butuh alesan!” kata Gisel memotong perkataan Toni.
“
Tapi Sel,.” Toni belum sempat melanjutkan pembelaannya namun Gisel sudah
melotot ke arahnya.
“
Yang jelas, kita udah sepakat kan? Gak jadi jalan, putus!” kata Gisel lagi
dengan nada yang agak meninggi.
“
Sel, tapi ini konyol, kita masih saling
cinta, masih saling sayang, kenapa kita putus Cuma gara-gara hal kayak gini?”
Toni membela lagi.
“
Oke, sekarang apa yang bisa kamu perjuangkan buat aku selama ini? Kamu Cuma
sibuk sama urusan kamu, Cuma mikirin urusan kamu, dan selalu minta dingertiin!
Apa kita masih bisa disebut pacaran?” Gisel membela juga dan Nampak air mata
mulai keluar dari matanya. Toni yang melihat hal itu tak tega. Dia merasa sudah
menyakiti hati Gisel.
“
Aku bisa memperbaikinya. Aku Cuma gak mau Cuma gara-gara hal kayak gini kita
putus Sel.” Kata Toni dengan wajah serius. Namun Gisel memilih untuk menghindar
dari Toni dan masuk ke rumahnya. Toni
mencoba memanggil Gisel namun tak membuahkan hasil, malah ibunya yang keluar
dengan melipat tangannya di depan dada dan dengan wajah serius ibu Gisel menghampiri Toni.
“
Ada apa dengan kamu dan Gisel?” kata ibu
Gisel memulai pembicaraan.
“
Dia minta putus bu”, kata Toni dengan jujur. Dia tak ingin menutup-nutupi
masalahnya. Sejenak ibu Gisel terdiam. Toni pun terdiam.
“
Gisel memang masih awam soal cinta, dari dulu kalau pacaran selalu begitu,
belum ngerti soal cinta.” Ibu Gisel bercerita sambil menerawang ke langit.
“
Kalau dia pacaran pasti dia putus gara-gara pacarnya tau kalau masa lalunya
jelek. Gara-gara itu dia jadi jutek dan bahkan pernah dia gak percaya soal
cinta. Kamu tahu sendiri kan?” Tambah ibu Gisel lagi. Toni hanya terdiam,
bingung mau menanggapi apa.
“
Saya tahu kamu orang baik-baik, Cuma kamu yang bisa menerima masa lalu
Gisel. Dan kamu yang buat Gisel percaya
cinta lagi. Tolong jaga Gisel, tunjukkan
kalau kamu emang sayang sama dia, jangan melarikan diri dan menyerah pada
keadaan seperti bapaknya Gisel dulu. Saya gak pengen liat Gisel seperti saya.
Mati rasa.” Kata ibu Gisel sambil menatap ke wajah Toni, terlihat begitu berat
mengatakan hal itu pada Toni. Namun dia yakin dia melakukan yang benar.
Toni
yang mendengarkan berbagai wejangan dari ibu Gisel hanya bisa mengangguk dan
meyakinkan ibu Gisel, dia ingin berjuang untuk Gisel dan membuat Gisel mengerti
soal cinta yang sesungguhnya.
J J J
Pagi
harinya, Gisel berangkat sekolah seperti biasa. Namun ada yang aneh rasanya
pagi ini jika dia tak dijemput Toni. Gisel seperti orang linglung yang
kehilangan arah. Namun di lain sisi dia merasa keputusan yang dia ambil untuk
memutuskan Toni adalah benar. Saat sedang menunggu bus yang sudah kira-kira
sebulan yang lalu tidak dia tumpangi lagi, Gisel melamun, masih galau
nampaknya, hingga saat bus yang dia tunggu datang, Gisel masih menerawang.
Saat
memasuki bus, dia teringat pada saat pertemuan pertamanya dengan Toni, saat itu
dia begitu terpesona pada pesona Toni, namun beberapa saat kemudian dia menjadi
penasaran dan berpendapat bahwa Toni sangat sombong.
Dan di bus yang
penuh sesak itu tak terasa Gisel
meneteskan air mata. ‘gak boleh cengeng’ kata Gisel dalam hati.
“ Cewek jutek gak boleh nangis. “
kata seseorang sambil memberikan selembar sapu tangan. Dan tanpa melihat siapa
orang itu Gisel langsung menerima sapu tangan yang diberikan orang tadi. Gisel
mengusap pipinya perlahan. Dan beberapa saat kemudian Gisel merasa ada yang
aneh. Sapu tangan siapakah ini?katanya dalam hati. Dia mencoba melihat ke
sekitar. Di sebelah kanannya berdiri seorang pria yang tak asing baginya.
‘Toni’. Setelah Gisel melihat Toni, jelas keduanya menjadi salah tingkah.
“
Ngapain kamu disini?” kata Gisel pada Toni. Namun Toni hanya tersenyum.
“ kalo ditanya itu jawab donk!”
lanjut Gisel sambil sedikit melotot pada Toni.
“ Ngikutin kamu!” jawab Toni dengan
santainya, masih dengan gaya khasnya menggunakan earphone.
Gisel terdiam, tak tahu apa yang
harus dia lakukan. Namun nampaknya dia gengsi bila harus menyapa dan ngobrol
panjang lebar pada Toni. Akhirnya hingga mereka berdua sampai di sekolah,
keduanya masih diam tanpa kata. Saat hendak menuju ke kelasnya, Toni dihadang
oleh segerombolan cewek-cewek rese yang ingin bertingkah seperti wartawan
infotainment.
“Denger-denger ada yang habis putus
nihh” kata seseorang yang tak lain adalah Jessica, cewek palig rese dan
menyebalkan di sekolah. Namun mendengar perkataan yang cukup pedas itu, Toni
hanya diam saja, tak penting baginya menanggapi omongan tak penting dari
Jesica.
“ Ya bener sih, mending kamu cari
cewek yang lebih pantes dan lebih terhormat daripada dia. Apa-apaan anak haram
kayak dia, gak pantes kan dapet orang terhormat kayak kamu Ton.,” Jessica
melanjutkan perkataannya, namun lagi-lagi Toni tak menggubris perkataan makhluk
satu ini.
Jessica
yang melihat respon negatif dari Toni merasa harga dirinya turun drastis. Hingga Toni memasuki ruang kelaspun masih tak ada
respon positif yang diharapkan Jessica.
“ iihhhh.. kalian gimana sih ?kok gak bantuin aku tadi?” kata
Jesica membentak-bentak temannya. Namun ketiga teman yang lebih tepat jika
disebut pengikut itu hanya bisa diam. Bagi mereka melawan perkataan Jesica
adalah bunuh diri. Jesica kesal dan meninggalkan ketiga temannya yang
kebingungan.
Sementara itu Toni yang menerima ejekan tadi tak pernah memikirkan apalagi
mengubah perasaannya. Baginya, Gisel adalah wanita terbaik yang pantas dia
perjuangkan. Dan saat di kelas, dia siap memulai pelajaran pada hari itu.
Semangatnya memang berkurang semenjak Gisel memutuskan hubungan mereka berdua.
Yang menjadi misi utamanya kali ini adalah hanya mendapatkan Gisel kembali.
Saat istirahat tiba, Toni yang
biasanya semangat menuju ke kelas Gisel dan mengajaknya ke kantin sekolah, kali
ini dalam dirinya tak ada semangat sedikitpun. ia memilih untuk menuju ke
lapangan basket di belakang sekolah. Dia memainkan bola yang ada di tangannya
memantulkannya ke lantai berkali-kali dan mencoba memasukkan ke ring namun
hasilnya nihil. Dia memang tak begitu jago dalam bermain basket. Boleh dibilang
amatiran.
Saat Toni sedang asik bermain
basket, tanpa sadar Gisel melewati lapangan basket, sepertinya ingin menuju ke
kantin sekolah. Biasanya mereka bertiga. Nita, Gisel dan Toni selalu bersama
saat menuju ke kantin namun kali ini
terlihat berbeda karena ada seorang cowok yang Toni tak pernah tahu siapa itu,
bersama Gisel dan Nita. Jelas ini membuat Toni bertanya-tanya. Siapakah
gerangan cowok itu? Apakah dia cemburu? Jelas iya! L
J
J
J
Gerimis romantis di malam minggu,
Toni masih sibuk dengan urusannya. Sebagai ketua panitia salah satu even di
sekolahnya. Menyiapkan ini dan itu untuk
keperluan even tersebut. Memang even ulang tahun sekolah tak spesial bagi
sebagian orang. Apalagi biasanya acaranya klasik, itu-itu saja. Namun di tangan
Toni nampaknya akan menjadi berbeda.
Sampai dengan pukul 9
malam Toni masih berada di sekolah untuk mengecek segala persiapan untuk esok
harinya. Dan beberapa saat kemudian satu persatu ‘kru’ nya pamit untuk mendahului
Toni. Saat semuanya sudah beres barulah Toni berkemas untuk pulang.
Masih gerimis, Toni
memandang ke langit dan tak ada bintang sedikitpun di langit sana. Tanpa terasa
Toni mengingat Gisel yang beberapa waktu yang lalu menemaninya untuk melihat bintang.
Jujur saja , dia merindukan Gisel. Namun
apa daya, walaupun ini malam minggu, dia
tak bisa mengajak Gisel jalan-jalan, lagipula ini sudah jam 9 pikirnya, sambil
senyum-senyum sendiri.
Dan di malam yang semakin larut itu mobil Toni
malaju perlahan bahkan sangat perlahan. Dia mengarahkan mobilnya seperti tanpa
tujuan, tapi tak segera menuju ke rumahnya. Hingga tanpa sadar dia sudah berada
di depan rumah Gisel. Entah apa yang membawa dirinya sehingga dia bisa sampai
di tempat itu. Toni memadangi rumah mungil dengan pagar di depannya. Sederhana,
namun yang tinggal di rumah itu benar-benar orang yang luar biasa baginya,
mereka adalah wanita tangguh yang menjadi sumber inspirasinya.
Saat itu Toni tak
menemukan Gisel ada di rumah itu. Mungkin Gisel sudah tidur pikirnya. Namun
beberapa saat kemudian Toni sangat terkejut karena melihat Gisel dari suatu
tempat. Dari bepergian nampaknya. Toni menahan diri untuk tidak segera menemui
Gisel. Namun yang membuat dia lebih terkejut lagi adalah saat Gisel disusul
oleh seorang cowok yang mengendarai ‘moge’, postur tubuhnya memang gagah,
tinggi, lumayan macho, Toni berpikir
sambil terus memperhatikan cowok itu, entah hanya rasa penasaran atau bahkan
api cemburu yang sedang membakar hatinya sekarang.
Cowok tadi dan Gisel
memang terlibat pembicaraan yang serius, entah apa yang mereka bicarakan. Namun
ini jelas membuat Toni geram, dia menyimpulkan memang ada sesuatu yang lain
antara Gisel dengan cowok itu. Beberapa saat kemudian Gisel dan cowok itu
semakin menunjukkan gelagat yang tak bersahabat. Sebuah kecupan melayang ke
kening Gisel. Kali ini bukan dari Toni tapi dari orang lain. ‘aku cemburu’ kata
Toni dalam hati.
J
J
J
Sesosok lelaki yang nampaknya sudah
tak asing baginya, dengan mobil dan plat nomor yang sudah dihafal di luar
kepala. Gisel memperhatikan orang yang sedang berada kira-kira 50 meter di
hadapannya. Namun saat ingin memastikan
siapa orang itu, tiba-tiba ada orang yang dari tadi dia hindari. Gisel berusaha membuka pintu gerbang rumahnya
agar bisa menghindar dari cowok yang notabene adalah mantan pacarnya. Namun
belum sempat gerbang rumahnya terbuka, cowok itu menahan Gisel.
“ Sel, please dengerin aku bentar
aja!” kata cowok itu yang bernama Ricky, dia adalah pacar Gisel waktu SMP ya
cinta monyetnya lah yaa.
“ Apa-apaan sih? Aku mau masuk. Bisa
dimarahin ibu nih, udah jam 9 lebih. Aku masuk ya?” jawab Gisel dengan muka
nyengir. Namun Ricky masih menahannya.
“ Sel, aku
Cuma pengen minta maaf ke kamu, selama ini aku gak ada kabar, ninggalin kamu
gitu aja waktu kita masih pacaran, bahkan mungkin kamu udah nganggap aku jadi
mantan kamu. Tapi kita masih pacaran Sel.
Ini semua Cuma salah paham.” Kata
Ricky dengan muka super duper sok yakin. Padahal…
Gisel hanya
terdiam. Dia malas menganggapi apa yang dikatakan Ricky, baginya semua yang
dikatakan Ricky sudah terlambat dan sudah kadaluarsa bila dikatakan sekarang.
“ Sel,
Please maafin aku ya..please, aku masih sayang kamu” kata Ricky lagi, dan
beberapa saat kemudian sebuah kecupan mendarat di kening Gisel. Kaget, itulah
yang dirasakan Gisel sekarang. Namun Gisel segera menghindar, dia tak ingin
terlibat dalam pembicaraan yang lebih serius dan tentu saja akan membuang
tenaganya.
“ Sel,..”
kata Ricky mencoba membujuk Gisel lagi. Namun Ricky belum selesai bicara Gisel
sudah memotong pembicaraannya.
“ Pulang
sekarang Rik!aku capek. Bye..” kata Gisel dengan nada yang mulai meninggi sambil
berusaha membuka pintu gerbang rumahnya. Kali ini Ricky tak menghalanginya
lagi.
Beberapa
saat kemudian Ricky menyerah dan meninggalkan Gisel. Dan Gisel juga sudah
menuju ke rumahnya, nampaknya ibu Gisel memperhatikan siapa yang baru saja
menemui Gisel.
“ Siapa lagi
itu?” kata ibu Gisel dengan mata menyelidik.
“ Ricky”
jawab Gisel singkat.
“ jadi kamu
putus sama Toni gara-gara Ricky?” tanya ibu Gisel lagi.
“ ah ibu
nggak ngerti lah. aku mau ke kamar aja. Met malem.” Kata Gisel sedikit jengkel.
Namun ibu Gisel mengerti dia tak bertanya lebih lanjut lagi, barangkali malah
menyinggung perasaan Gisel.
Sesampainya
di kamar, Gisel masih memikirkan apa yang baru saja terjadi pada dirinya, namun
tanpa sengaja perhatiannya tertuju pada mobil yang bisa dia lihat dari jendela
kamarnya. Gisel mengenal mobil itu, mobil Toni, dan ada perlu apa dia berada di
situ? Pikirnya. Gisel terus memperhatikan mobil itu. Nampaknya Toni masih terus
memandangi kamar Gisel. Tiba-tiba Gisel mendengar ponselnya berdering tanda sms
masuk.
Aku datang kesini buat nglupain kamu kokJ.
Ternyata sms
dari Toni, Gisel hanya terdiam. Dia ingin membalas sms itu, namun beberapa saat
kemudian Toni meninggalkan tempat itu. Gisel tak tahu harus berbuat apa, yang
jelas saat ini dia sedang bingung dengan berbagai masalah yang dia hadapi.
Ricky yang tiba-tiba datang, Toni yang malah memilih untuk benar-benar
melupakannya, dan ibunya yang tentu saja selalu khawatir dengan keadaan
dirinya.
Aaaarghhhhhh!!!!
Gisel hanya
ingin tidur dengan tenang malam ini. Namun belum sempat dia memejamkan matanya,
ponselnya berdering lagi. Sms dari Ricky.
Aku tggu jwaban kmu Sel, ku masih sayang
kamu. NightJ.
Dan lagi-lagi Gisel tak ingin
membalasnya. Yang dia butuhkan hanya tidur nyenyak dan mimpi indah malam ini.
Night all.
J J J
Jam 12
siang, begitu terik namun ratusan siswa
masih dengan setia berdiri di depan panggung besar nan megah. Ya, kali ini
adalah ulang tahun sekolah mereka yang ke 50. Pesta emas. Dan kali ini ada sebuah
pensi yang terbesar di sepanjang sejarah keberadaan sekolah ini. Gisel sebagai
salah satu siswa di sekolah itu tak ingin kalah untuk berpartisipasi dalam
acara tersebut walaupun hanya sebagai penonton saja. Maklum, jiwa seninya tak
begitu menonjol bila dibandingkan dengan teman-teman yang lainnya. Dia hanya
bisa teriak heboh, goyang kanan goyang kiri.
Sorak sorai
terus membahana di seluruh penjuru panggung, semua orang bersukacita dan
disinilah tempat untuk melepaskan kepenatan dan melupakan sejenak rutinitas
sekolah yang biasa mereka hadapi setiap harinya. Walaupun pengisi acaranya
hanyalah siswa-siswi dari dalam sekolah itu, namun karena itu adalah acara
tahunan dan dinanti-nanti seluruh warga sekolah, acara itu tetap berjalan
dengan meriah dan disambut antusias oleh seluruh warga sekolah.
Di
pertengahan acara Gisel mengajak Nita pergi ke toilet. Walaupun Nita sebenarnya
enggan untuk pergi tapi Gisel tetap
menyeretnya keluar dari kerumunan penonton.
“ ihhhh..
Gisel, bentar lagi tuh cowok idamanku yang main.. kamu ke toilet sendiri sihh.”
Nita merengek,
Gisel hanya
bisa geleng-geleng kepala. Cowok idaman Nita yang mana lagi? Akhirnya Nita
bagaikan tahanan yang baru saja terkena razia oleh polisi. Saat sedang berjalan
dan terjadi sedikit perdebatan di antara Nita dan Gisel, di dekat toilet Gisel
melihat seseorang yang tdai malam dia lihat. Toni.
Gisel hanya
berusaha menghindar dan mengalihkan pandangan ke tempat lain. Toni pun juga
begitu, dia pura-pura tak melihat Gisel. Mungkin mereka sudah tak peduli satu
sama lain tapii..
“ Halo
Toniiii.. apa kabar?kok dah lama gak main sama Gisel? Dia kangen sama kamu
lhohhh!” kata Nita dengan super heboh dan jelas membuat Gisel mati gaya. Gisel
menginjak kaki Nita sebagai kode.
“ gak usah
buang-buang waktu ngomongin yang gak penting!” kata Toni mengingatkan Nita sepertinya.
Dan beberapa saat kemudian Toni langsung meninggalkan mereka berdua. Gisel
hanya bisa memandangi Toni, dan Nita hanya bisa bengong. Tak tahu apa yang
harus dia perbuat. Mungkin Toni benar-benar sudah tak peduli padanya. Goodbye
Ton..
J J J
FITNAH LEBIH KEJAM !
“ Ya. Mari kita sambut ketua panitia kita… Toni
Prabowo..” terdengar suara MC yang memanggil Toni. Gegap gempita langsung
terasa di sekitar panggung saat Toni menaiki panggung, cowok keren nan tampan
dan mempesona itu jelas memikat seluruh wanita yang ada disana.
Toni memberikan sambutan yang didengarkan antusias oleh
seluruh penonton yang hadir di situ. Gisel yang baru saja dari toilet kaget
saat melihat Toni yang sedang memberikan sambutan. Sejenak Toni menghentikan
sambutannya, terlihat memandang Gisel dengan lekat. Gisel menjadi salah
tingkah. Namun beberapa detik kemudian
Toni melanjutkan sambutannya hingga disambut oleh tepuk tangan meriah oleh
penonton di akhir sambutan. Saat menuruni panggung pun Toni diam-diam masih
memandang Gisel. Namun Gisel pura-pura tak melihat hal itu.
“ Move on dong Ton!” kata seseorang yang berada di balik
panggung. Jesika, cewek rese yang memang selalu ingin ikut campur urusan orang
lain. Dan mendengar hal itu Toni hanya diam. Tak ada tanggapan apapun.
“ buat apa sih masih mikirin orang yang jelas-jelas udah
gak mikirin kam?Mending mikirin yang realistis aja lah!..” belum sempat Jesica
melanjutkan perkataannya yang panjang lebar, Toni sudah menyela.
“ Apa sih maumu? “ kata Toni dengan suara lantang.
Suasana berubah menjadi hening. Jessica bungkam sementara Toni memandang
Jessica lebih lekat lagi.
“ Peace Ton, “ kata Jessica sambil nyengir. Dia menyerah
untuk menggoda Toni lagi. Dan lagi setelah itu Toni masih curi-curi pandang ke
arah Gisel ( diiringi lagunya kotak “ masih cinta “)
J J J
“ Sel, hari ini kita ada pesanan di kantor yang kemarin
itu lagi lho.. kamu anter lagi ya, lumayan banyak, jadi ibu minta tolong ke
Nita buat nemenin.” Kata ibu yang membuatku bengong. Nita? Alien satu itu emank
selalu dianggap dewa penolong yang jatuh dari langit oleh ibuku.
“ Iya bu. “ jawabku singkat.
Dan jadilah waktu tidur siangku hilang, digantikan dengan
tugas mulia membantu ibuku tersayang, tak apalah.
Di sepanjang jalan ke kantor
nan mewah itu Nita membunyikan musik keras yang cetarrrr membahana, ‘inget Nit,
ini mobil kecengan kamu’ kata Gisel dalam hati. Eh, tapi ngomong-ngomong tumben
kecengan Nita sekarang ini setia ya. Biasanya ketemu malem, paginya dah say
good bye.. whatever congrats deh Nit, punya kecengan . #eh..
Dan di tengah keramaian yang menyelimuti mobil itu Gisel hanya menatap
jalanan yang penuh dengan kesibukan
dengan orang lalu lalang dengan berbagai keperluan. Ia melihat berbagai potret
kehidupan yang terekam manis di bingkai sebuah kaca mobil. Kaum elite yang sok
sibuk dengan gadget di tangan, pelajar
yang ugal-ugalan naik motor gak pake helm, pedagang kaki lima yang sibuk
melayani pembeli, sampai pengemis yang menengadah minta belas kasihan. Ada yang
berkaki satu, ada yang buta, ada yang dengan bermodalkan pakaian
compang-camping, bahkan ada yang membawa anaknya sebagai obyek belas kasihan.
Keberadaan pengemis memang sudah menjadi dilema di kota ini.
“ Sel, udah sampai nihhhh..” kata Nita mengagetkan Gisel.
Dengan sigap Gisel langsung menurunkan ratusan kotak makanan yang ada di dalam
mobil. Setelah itu dengan bantuan pak satpam yang baik hati dan tidak sombong
Gisel membawa makanan yang lumayan banyak itu. Sesampainya di lantai utama
gedung itu Gisel dihadang 2 orang ibu paruh baya, yang nampaknya sih bukan
pegawai kantor itu tapi mungkin pegawai kantin atau bahkan OB Gisel tak tahu
tapi yang jelas mereka seperti memang memiliki tujuan untuk menemui Gisel yang
kelimpungan membawa ratusan kotak makanan.
“ Maaf mbak, Ini pesanannya pak Danang ya?” kata ibu-ibu
tadi. Namun Gisel hanya bengong, kebiasaan buruknya memang jika bertemu dengan
orang yang tak ia kenal.
“ Iya, bu ada apa ya? Pak Danang udah nunggu ya? ”
“ Nggak kok mbak, ini kami berdua diutus Pak Danang untuk
mengambil makanan ke sini, jadi biar
kami yang bawa aja ya, mbak nya langsung pulang aja, “ kata Ibu tadi dengan
meyakinkan. Gisel sedikit bingung sebenarnya, dia tak tahu apa yang harus dia
perbuat. Namun Nita membisiki dia dari belakang.
“ Udah Sel,daripada kita repot-repot sampai atas kan?”
kata Nita kegirangan. Namun dalam hati Gisel tak tenang jika belum bertemu Pak Danang
untuk memberikan makanan itu secara langsung.
“ Udah mbak, percaya aja sama kita, kan kita udah sering
disuruh begini sama pak Danang.” Kata ibu itu lagi.
Dan akhirnya dengan berat hati Gisel memberikan nasi
kotak itu kepada dua ibu tadi. Walaupun dalam pikirannya berkecamuk berbagai
prasangka negatif. Ia berusaha meyakinkan dirinya, seperti jargon di film 3
idiots ”All is Well”.
Namun ternyata
tidak demikian, sesampainya di rumah Gisel dimarahin habis-habisan oleh ibunya,
bagaimana tidak. Tanpa menghubungi pak Danang atau paling tidak asistennya
Gisel memberikan pesanan yang jumlahnya ratusan kepada orang lain. Saat ibu
Gisel masih ceramah panjang lebar, tiba-tiba handphone berdering. Beberapa saat
kemudian Ibu Gisel terlibat dalam pembicaraan yag serius. Apakah gerangan?
“ Sel, ibu mau ke
kantor pak Danang sekarang, kamu jaga rumah ya.” Kata ibu Gisel sambil
terburu-buru mempersiapkan ini-itu. Gisel hanya bisa tertunduk lesu, dia tahu
pasti ada masalah di kantor pak Danang dan berhubungan dengan pesanan makanan
tadi. Dia merasa bersalah. Namun kembali
dia mencoba meyakinkan dirinya, “ All is
Well”.
J J J
Rita (ibu Gisel) memasuki kantor nan megah itu dengan
terburu-buru. Dia panik setelah diberitahu oleh asisten pribadi pak Danang
kalau ternyata makanannya ada yang basi, namun ia tak merasa memasukkan makanan
basi ke dalam pesanan tadi, jangan-jangan itu ulah orang tak bertanggung jawab,
pikirnya. Memasuki gedung nan mewah dengan menggunakan pakaian seadanya dan
sendal butut yang sudah menemaninya bertahun-tahun berbeda dengan kaum elite
yang daritadi mondar mandir dengan pakaian mewah nan seksi.
Saat memasuki lantai yang dituju, rita langsung buru-buru
mencari ruangan pak Danang, perasaannya sungguh tak enak kali ini, jelas lah
demikian karena dia sudah mengecewakan pelanggannya, dan baginya hal ini adalah
dosa besar baginya. Rita panik luar biasa, orang-orang yang melihatnya pun
hanya bisa geleng-geleng kepala. Dan setelah sekian lama dia mencari-cari
ruangan pak Danang, akhirnya ketemu juga.
Rita mengetuk pintu ruangan pak Danang, berharap ada
orang yang dengan segera membukakan pintu, dan beberapa saat kemudian ada
seseorang yang membukakan pintu yang tak
lain adalah asisten pribadi pak Danang, Rita sudah mengenalnya, pria tinggi
gagah nan tampan itu tetap berbicara dengan sopan dan mempersilakan Rita untuk
masuk ke dalam ruangan pak Danang.
Ruangan yang mewah
dengan foto-foto yang dipajang rapi di meja dan dinding ruangan itu. Namun ada
yang ganjil dalam foto itu. Rita
mencoba menganalisa lagi, namun kini perhatiaannya tertuju dengan orang yang
sedang membelakanginya dan sedang serius menekuni komputer di hadapannya. Rita
mencoba meyakinkan diri dan mempersiapkan berbagai jawaban bila pertanyaan dari
Pak Danang akan memojokkannya. Dia yakin yang dia lakukan itu benar.
“ Saya sungguh kecewa dengan makanan pada hari ini.” Kata
Pak Danang sambil membalikkan badannya. Rita sangat terkejut, dia membungkam
mulut dengan kedua tangannya, sementara
tas yang dia bawa tadi jatuh ke lantai , bukan karena kaget dengan perkataan
pak Danang barusan tapi ada sesuatu yang
membuatnya sangat shock.
Begitu juga dengan
Pak Danang, dia sangat terkejut dan tak bisa berkata apapun, mata mereka berdua
beradu, Rita ingin melarikan diri saja rasanya, dan tak ingin menghadapi
situasi rumit seperti itu. Danang yang
bejat berubah menjadi direktur utama, Danang
yang tak bertanggung jawab berubah menjadi pahlawan di keluarga barunya. Kini
semuanya nyata ada di hadapannya, dengan secepat kilat Rita mencoba melarikan diri dari situasi itu namun dicegah
oleh Danang. Rita meronta, dia benar-benar tak ingin berhubungan dengan pria
bejat itu lagi.
Danang
menyuruh asistennya keluar dari ruangan itu, dan jadilah kini Rita dan Danang
hanya berdua saja di ruangan itu. Lama mereka hanya saling beradu pandang. Dan
seketika semua kejadian di 17 tahun lalu berputar riang di kepalanya. Dari segi
fisik memang tak banyak yang berubah dari Danang, namun dia memang terlihat
lebih segar sekarang. Lebih bahagia mungkin lebih tepatnya, sangat berbeda 180
derajat dengan Rita.
“ Apa kabar? “ kata Danang membuka pembicaraan. Namun
Rita hanya diam dan menunduk, dia sungguh tak ingin membuka lagi lembaran lama
nya yang kelam itu. Dia hanya menjawab dengan senyum kecut yang sangat
terpaksa.
“ Gak nyangka kita dipertemukan dengan cara kayak gini.”
Kata Danang lagi. Namun lagi-lagi tak ada tanggapan dari Rita.
“ Jangan sampai Gisel tahu kalau kamu ayahnya. “ Kata
Rita dengan mata melotot, emosinya memuncak kali ini. Dan kali ini Danang yang
hanya terdiam, dalam lubuk hatinya yang paling dalam dia sebenarnya sangat
ingin melihat anaknya itu dan memeluknya erat, namun apa daya Danang sudah
punya keluarga baru sekarang.
Dan karena tak ada tanggapan apapun dari Danang, Rita
memilih untuk meninggalkan Danang sendirian di ruangan itu. Di luar ruangan
para karyawan kasak kusuk melihat Rita keluar dengan mata sembab, pandangan
yang tak mengenakkan. Rita sudah tak peduli dengan apa yang dibicarakan mereka.
Dia menuju ke toilet yang terdekat disitu dan menangis sepuasnya disitu. Dia
hanya ingin menumpahkan seluruh kesedihan, kehancuran yang dia rasakan kembali
hari ini sama rasanya seperti 17 tahun lalu.
“ Rita..” ada seseorang yang memanggilnya. Rita mencoba
mengenali orang itu, namun nihil, dia tak ingat samasekali dengan wanita cantik
yang ada di hadapannya.
“ Aku Stella, teman kerjamu dulu. “
“ Ya ampun Stel, kamu tambah cantik. “ dan setelah itu,
mereka berdua berpelukan melepas rindu.
“ Kamu kerja disini Stel?” Rita bertanya pada stella.
“ Iya Rit, aku dulu juga gak tahu kalau Danang ternyata
direktur disini, dan berganti nama jadi Danang.”
“ O ya? Kebetulan sekali ya?”
“ Iya rit, oiya kamu kenapa bisa disini? Masih
berhubungan dengan Danang?” kata Stela
menusuk hati Rita, dan setelah itu dengan terbata-bata Rita menceritakan kenapa
dia bisa berada disitu dan bertemu dengan Danang alias Danang itu, tangisnya
pecah di pelukan Stella. Stela sangat tahu masalah Rita di masa lalu. dan
selama ini dia memang tak pernah membeberkan masalah itu ke teman-teman
kantornya karena ancaman Danang. Dan
kini Rita hanya ingin Gisel anaknya, tak
mengetahui semua tentang ayah kandungnya itu, dia tak ingin Gisel mengenal pria
bejat itu. Jangan sampai!!!!
J J J
“ Gimana Bu? Pak Danang marah ya?” Gisel memberondong ibunya dengan banyak
pertanyaan, daritadi dia sangat was-was memikirkan apa yang terjadi dengan
ibunya tadi.
“ Mulai sekarang kalau ada pesanan dari Pak Danang atau
perusahaan itu apapun bentuknya gak usah diterima aja! Oke?”
“ Tapi kenapa Bu? Aku butuh penjelasan? Pak Danang udah
gak percaya sama kita ya? Atau kenapa? Tapi kita gak salah. Mesti ini ulah dari
2 orang yang tadi pura-pura jadi orang mengantarkan pesanan ittu!”
“ Udah Sel, gak udah banyak omong. Intinya gak usah
berhubungan lagi sama Pak Danang. Inget pesen ibu ya!” Kata-kata ibu membuat
Gisel bungkam. Setelah itu Ibu meninggalkan Gisel sendirian dalam
kebingungannya, dia masih penasaran dengan alasan kenapa dia harus melakukan
seperti yang diperingatkan ibunya tadi. Dia tak terima jika misalnya ibunya
dianggap bersalah oleh Pak Danang, ibunya tidak bersalah.
Dengan
semangat 45 seperti yang di gembor-gemborkan para pahlawan bangsa, Gisel
bertekad untuk melindungi ibunya dan memperjuangkan keadilan. Secepat kilat dia
berganti baju dan menuju ke kantor Pak Danang dengan menggunakan motor butut
miliknya.
“ Sel, mau kemana?” kata Ibunya mencegah anaknya untuk
pergi.
“ Mau ngerjain tugas bu!” jawab Gisel dengan santai, dia
tahu ibunya pasti melarang jika dia mengatakan maksudnya yang sebenarnya.
Tak sampai 15 menit Gisel sudah sampai di depan kantor
yang megah itu. Dan bak orang kerasukan arwah gentayangan dia menuju ke ruangan
pak Danang. Tanpa permisi dia masuk ke ruangan itu.
“ Permisi Pak, ada yang ingin saya bicarakan.” Kata Gisel
dengan sopan namun menggigit. (?)
Belum ada jawaban atas permintaan ijin Gisel oleh pak
Danang, namun Gisel sudah nyerocos ngomel tiada henti kesana kemari dengan tema
besar memperjuangkan keadilan bagi ibunya. Aneh memang namun baginya yang dia
lakukan adalah benar. Gaya bahasa yang boleh dibilang tidak sopan dengan
perpaduan bahasa dari sabang sampai merauke Gisel benar-benar menggebu-nggebu.
“ Sekian dan terimakasih!” kata Gisel di akhir orasinya.
Pak Danang hanya terdiam dan mengamati Gisel dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan muka lesu.
“ Saya sudah memaafkan ibu anda Nak.” Jawab Pak Danang
dengan sopan. Dan terpancar senyum lebar di bibir Gisel.
“ O ya? Serius pak? Trimakasih. “ kata Gisel saking
girangnya, sampai-sampai dia tak sadar dia memeluk Pak Danang dengan erat. Dan
jelas itu membuat pak Danang sangat kaget. Bagaimana tidak, Gisel yang ternyata
adalah anaknya kini memeluknya , dia malah diam-diam dia menikmati pelukan itu,
pelukan ayah dan anak. Jangan sampai
Gisel tahu, katanya dalam hati.
WOYYYY..
JANGAN LARI!!
Dengan mata berbinar Gisel pulang ke rumahnya, dia sangat
senang karena ibunya sudah dimaafkan pak Danang, itu berarti ada peluang bagi
ibunya untuk mendapat ‘pesanan besar’ dari pak Danang, yang secara tidak
langsung akan meningkatkan penghasilan ibunya.
Namun
saat sudah sampai di rumah dan menyampaikan kabar
bahagia itu pada ibunya, ternyata semuanya tak sesuai seperti yang
diinginkan ibunya.
“ Kamu anak bandel ya. Sudah ibu bilang jangan pernah
berhubungan dengan pak Danang lagi!”
“ Tapi kenapa bu? Pak Danang baik-baik aja kok!, tetep
baik.”
“ Ya.. yaa .. karena ibu tidak suka dengan pelanggan yang
suka mengada-ada seperti dia” jawab ibu sekenanya, dengan nada bicara yang
terbata –bata.
Gisel menyerah dan memilih bungkam, dia tak tahu apa yang
salah dari yang dia perbuat, tapi dalam hatinya juga dia merasa bersalah,
maksud hati pengen jadi pahlawan malah jadi pembawa sial sepertinya.
“ Yaudah, ibu capek mau tidur dulu. “ kata ibu dengan
muka yang masih kusut. Seperti sedang banyak masalah.
Sesampainya di kamar Rita menangis sejadinya, dia
benar-benar merasa ketakutan dengan masa lalunya yang tiba-tiba muncul di depan
mata tanpa diundang itu. Agar Gisel tak mengetahui bahwa dia menangis, sengaja
dia menyalakan radio keras-keras, saat itu sedang ada acara musik rock di
radio, Gisel yang mendengarkan ibunya mendengarkan musik Rock langsung
keheranan ‘kesambet apa sih ibu dengerin
musik rock?” kata Gisel dalam hati.
Pagi harinya muka ibu masih kusut dan tak bersemangat
seperti biasanya.
“ Ibu, selamat pagiiiii…J “ kata Gisel begitu ceria bahkan dengan tampangnya yang
suoer alay dijamin bikin ilfil!
“ iya, selamat pagi, ibu mau ke pasar, itu sarapannya
udah ibu siapin di meja.” Jawaban ibu amat dingin dengan mimik muka yang dingin
pula. ada apa gerangan? Ibu masih marah ?
Gisel memilih untuk menghilangkan sikap ‘kepo’ nya yang
biasanya akan dia gunakan sebagai senjata pamungkas dalam situasi terjepit
seperti ini, namun dia tahu misalnya dia lebih jauh lagi, ibunya akan
tersinggung. Akhirnya dengan muka dibuat sesantai mungkin dan mimik muka
seceria mungkin Gisel menikmati sarapan yang disiapkan ibunya sambil
memandangi ibunya yang mondar-mandir
kayak setrikaan menyiapkan ini-itu.
“ Dahh ibbu…” kata Gisel saat ibunya hendak berangkat.
Namun masih disambut dingin oleh ibunya. Hufh… Gisel menyerah.
Dengan sisa semangat pagi ini dia berangkat ke sekolah.
Pagi ini Gisel ditemani Nita tumben
sekali orang itu mau menjalankan ritual naik bus kota yang sudah lama tak
dilakukannya. Dan ritual nggodain mas-mas dan om-om pun tak akan dihapuskan
dari kamus besar Nita Fatmala. Lagi-lagi Gisel hanya geleng-geleng kepala,
‘dasar alienku sayang J’ katanya dalam hati.
Sesampainya di sekolah,Gisel langsung menuju ke kelasnya.
Ada satu hal yang membuatnya terkejut, di bangku nya ada setangkai mawar putih
berikut secarik kertas berwarna pink. Dia masih ragu-ragu, apakah benar mawar
itu untuknya? Pikirnya.
Pelan-pelan dia membuka kertas itu dan benar memang
untuknya.
|
Setelah
membaca surat kaleng, eh surat cinta , eh, surat apalah itu, pikiran-pikiran
sableng bermunculan di kepala Gisel, ‘
toni mau ngapain ya? Mau nglabrak aku ya? Atau mau ngajakin balapan makan?
Atauuuu mau ngajak balikan ?
atau yang lebih wow lagi, ngedate? Hah
ngedate di warteg? Gak ada yang lebih so sweet?’ dasar Gisel pikirannya
aneh.
Gisel belum
bisa memastikan apakah dia akan menemui Toni atau tidak, tapi yang jelas teman
sekelasnya langsung paduan suara..
“ ciyeee
ciyeee Gisel dapet bunga.. ciye ciyeee” ya seperti itulah garis besar yang
mereka katakan. Dan dasar Gisel gak tahu malu, menanggapi hal itu dia Cuma
senyum-senyum (bukan senyum tersipu malu, tapi lebih cenderung ke senyum
sombong).
Sepulang sekolah Gisel berniat untuk
langsung pulang, dia bertekad bulat untuk tidak menemui Toni, tapi apa daya,
saat akan keluar gerbang sekolah, Toni sudah menghadangnya dengan senyum penuh
kemenangan. Gisel pura-pura tak melihat dan terus berjalan menuju halte bus
terdekat. Toni terus mengejar jadilah adegan kejar mengejar mobil vs jalan
kaki, bisa ditebak lah siapa yang menang?
“ Sel,
plisss.. aku Cuma ngajak maen kok J” kata Toni dengan wajah memelas. Dan berkali-kali dia mengulang kata-kata itu hingga benteng
pertahanan Gisel runtuh.
Jadilah
pasangan yang pernah berpacaran kurang lebih satu bulan itu duduk di mobil yang
sama lagi ( bukan kursi yang sama). Toni kembali beraksi memperlihatkan sikap
cerewetnya untuk meruntuhkan kejutekan Gisel. Namun selama hampir 30 menit
mulutnya berbusa, ternyata tak membuahkan hasil, Gisel masih diam menatap lurus
ke depan dan dengan jurus andalan nya hanya menjawan “ o ya? Trus? Bisa jadi! O
gitu. Nggak “ membuat Toni hampir frustasi, tapi ia tak menyerah. Inget pesan
ibu Gisel. Arghhhhhh… Toni pusing jadinya.
J J J
Semenjak
ritual ke warteg yang dilaksanakan kemarin itu Gisel semakin sering dihubungi
Toni, dia sebenarnya tak ingin hal itu terjadi, baginya Toni adalah mantan
pacar yang hanya dia anggap sebagai teman biasa saja. Namun apa daya sebagai
teman pula dia tak ingin dianggap sombong atau terlalu jaga jarak. Namun jika
begini rasanya sangat tidak mengenakkan baginya.
“ Sel, ikut
aku yukk.” Kata Toni pada suatu hari yang menyebabkan Gisel kaget. Dan setelah
itu dengan paksa Toni menyeret Gisel ke dalam mobil. Ya, kebiasaan lama
terulang lagi sok surprise. Dan
akhirnya mereka berdua pergi ke suatu tempat yang tak lain adalah tempat yang
pernah dikunjungi mereka berdua pada saat Toni menembak Gisel, ‘ngajak
nostalgia nih anak.’ Batin Gisel.
Tak ada yang
berubah dari tempat itu, masih remang-remang, masih banyak lukisan unik, masih
banyak pasangan yang lagi candle light dinner gitu deh, nah Gisel mau ngapain?
Entahlah. Ternyata mereka berdua menuju ke tepian pantai yang semilir atau
lebih tepatnya dingin.
“ Sel, kamu
rahu gak sih, aku masih merasa cinta kita tuh konyol” kata Toni membuka
pembicaraan.
“ Konyol
gimana?”
“ kita
pacaran emang mulus-mulus aja, tapi kenapa harus putus gara-gara aku sibuk?
Kamu pacaran bukan karena kamu kesepian kan?” kali ini perkataan Toni agak menusuk
hati Gisel. Dan seketika suasana senyap menyelimuti mereka berdua, tenggelam
dalam pikiran masing-masing.
“ Jawab Sel,
aku pengen tahu alasannya apa. “ kata Toni penasaran.
“ Aku
terlalu takut Ton, aku takut di saat kamu sibuk itu cintaku semakin dalam ke
kamu, tapi bisa aja kan kamu ninggalin aku gitu aja demi mengejar mimpi-mimpi
kamu. Aku gak pengen ngrasain kecewa kayak yang ibuku rasain, aku takut jadi
trauma kayak yang ibuku rasain.” Jawab Gisel dengan terbata-bata dan tanpa
sadar air matanya jatuh membasahi pipinya, Toni yang melihat hal itu langsung
memeluk Gisel dengan penuh kasih, dan mencoba menenangkan Gisel yang
menumpahkan seluruh kesedihannya.
“ Sel,
jangan berpikir kayak gitu ya, gak semua cowok kayak gitu. “
“ Iya Ton,
tapi aku takut.” Kata Gisel lagi sambil terisak, namun lama kelamaan dia mulai
merasakan sedikit ketenangan setelah
dipeluk Toni.
“ Kamu mau
coba lagi sama aku sel? Kamu bisa tahu gimana cinta yang sebenarnya. “ Kata
toni sambil melepaskan pelukan Gisel, secara gak langsung Toni nembak Gisel
dong!!! Yyeyeyeyeyeye. Eits tunggu sebentar.. jawaban Gisel adalah..
“ Aku gak
tahu Ton..” (penonton kecewa L )
Setelah itu
Gisel meninggalkan Toni sendirian.
“ Aku bakal
nunggu jawaban kamu Sel.” Toni berteriak…
Toni lega,
paling tidak dia tahu apa alasan Gisel memutuskan hubungan mereka. Ya, dia
harus lebih berjuang lagi. Inget pesan ibu Gisel dan ‘aku sayang kamu sel’ kata
Toni dalam hati, ya, Toni sangat menyayangi gisel dan dia tak bisa membohongi
dirinya tentang hal itu. Sekali lagi aku sayang kamu Gisel . muah.. J
Gisel harus pulang
sendirian dan menangis sepanjang jalan, baru kali ini dia bisa mengatakan hal
yang menurutnya dari dulu hanya dirinya yang tahu. Alasan kenapa terkadang dia
takut untuk memulai kisah percintaan takut merasakan hal yang sama seperti yang
dirasakan ibunya, namun dia mengakui
memang Toni berbeda, tak seperti pria lain yang dia kenal sebelumnya.
“ Mbak, lagi
ada masalah ya? “ kata abang taksi yang mengantarnya pulang.
“ Nggak papa
mas..”
“ Mbak, saya
tahu persis penumpang saya, yang baik-baik aja, yang lagi senang luar biasa,
yang lagi galau juga saya tahu mbak. “
‘ Ah, sok
tahu’. Batin Gisel dalam hati, lagi galau begini masih ada orang yang bikin dia
tambah bete.
Keesokan
paginya.
Gisel masih
memikirkan apa yang terjadi tadi malam, sepanjang hari saat sekolah dia masih
memikirkan kata-kata Toni yang terus
terngiang-ngiang di telinganya. Nita yang melihat keganjilan dari teman
dekatnya itu hanya bisa kepo kepo dan kepo sepanjang hari, tak tenang rasanya
jika belum mengetahui berita ter-update dari temannya yang satu ini.
“Hai Sel, J” Toni menyapa Gisel
saat dia ada di kantin sekolah. Senyumnya amat manis dan dari sorot matanya dia
sangat berharap Gisel bisa tahu apa yang dia inginkan. Gisel hanya membalas
dengan senyum manis pula. Nita yang ada di antara keduanya hanya bisa bengong dan
menemukan clue pertama untuk segala hal yang daritadi membuat jiwa ‘kepo’ nya
semakin kuat.
“ heh, lu
gila ya Sel senyum-senyum sama tuh anak!kemarin katanya sebel sama dia!plin
plan!” Emosi memuncak. Gisel hanya tersenyum nyengir. Dasar sableng..
J J J
“ Sel, ibu
mau ngomong sesuatu.”
“ Iya bu,
ada apa ya?”
“ Kamu gak
pengen ketemu ayah kamu kan?” .
“ kenapa ibu
tanya kayak gitu?”
“ Jawab dulu
pertanyaan ibu, malah balik tanya.”
“ Kalo
dibilang pengen yang pengen banget bu!, aku pengen bikin dia menderita, biar
setimpal sama yang dirasain ibu.” Jawaban Gisel membuat Ibu terkekeh.
“ Dan ibu
gak pengen kamu bikin dosa besar kayak gitu ya, jadi walaupun kamu pengen
banget ketemu ayah kamu, ibu gak akan mau mempertemukan kamu sama dia!”
“ Iya bu,
aku ngerti kok. Punya ibu aja udah bikin hidupku terasa lengkap kok J”
Pembicaraan
ibu dan anak itu memang membuat suasana malam menjadi lebih romantis, mereka
berdua masih melanjutkan obrolan tentang apapun mereka ingin bicarakan,
mengangkat hal yang tabu menjadi layak untuk diperbincangkan!setajam SILET!. Ya
namanya juga ibu dan anak yang suka nggosip, fokus pembicaraan bisa
kemana-mana.
Siang
itu warung ibu Gisel memang sedang sepi.
Mau tak mau memang Rita harus menanggung resiko dari kabar burung yang beredar
beberapa hari yang lalu kalau makanan Rita basi dan itu tentunya secara tidak
langsung berdampak buruk bagi bisnis warung makan yang digeluti ibu Gisel.
Namun mereka yakin mereka tak bersalah, jadi rejeki itu pasti tak akan lari
kemana.
Saat sedang
asyik ngobrol, tiba-tiba ibu Gisel batuk luar biasa,
“ Ibu, aku
ambilin air putih ya J” kata Gisel yang sangat panik
“ Iya, “ ibu
menjawab singkat.
Dengan
tergopoh-gopoh Gisel menuju ke dapur mangambil air minum. Namun sekembalinya
dari dapur dia sangat terkejut. Ibunya sudah terkulai lemas di lantai ruang
tamu. Gisel sangat bingung, dia menangis sejadinya. Tuhan mengapa kau
memberikan cobaan yang bertubi-tubi??
J J J
TERNYATA ADA BANYAK RAHASIA.
Sudah 5 jam Gisel menunggu ibunya di rumah sakit. Namun
ibunya belum siuman juga. Dengan penuh harap Gisel terus duduk di samping
ranjang ibunya. Nita yang tadi menolong Gisel membawa Ibunya ke rumah sakit
juga tak kalah cemas, dia daritadi komat kamit baca mantra sambil mondar-mandir
kayak setrikaan.
1 jam
berlalu, ibunya tak sadarkan diri juga, dokter hanya meminta Gisel untuk
menunggu sampai ibunya siuman, namun kali ini dia sudah tak sabar. Dia segera
menuju ke ruangan dokter yang menangani ibunya.
“ permisi
dok.”
“Iya
silahkan masuk.”
“ Dok,
kenapa ibu saya belum siuman?” kata Gisel dengan nada meninggi.
“ Anda
putrinya ?” Gisel hanya mengangguk.
“ Anda harus
sabar ya, kami sedang ada pemeriksaan lebih lanjut.”
“Lhoh,
memangnya ibu saya sakit apa dok?”
“Anda belum
tahu?”
Kata-kata
yang baru saja diucapkan dokter membuat Gisel penasaran, dia memaksa dokter
untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya. Namun dokter
sendiri tak mengetahui penyakit apa yang diderita oleh ibunya. Selama setahun terakhir ibu Gisel memang
menderita suatu penyakit yang aneh dan belum pernah ditemukan sebelumnya.
Mendengar
hal itu Gisel sangat terkejut dan tidak menyangka ibunya tak mau bercerita
padanya tentang penyakit yang dia derita, bahkan dokter tidak yakin akan bisa
menyelamatkan ibunya, hal ini tentunya membuat Gisel sangat panik dan tak tahu
apa yang harus dia lakukan sekarang. Dia berjalan dengan lunglai menuju ke
kamar tempat ibunya dirawat. Pikirannya sangat buntu sekarang.
“ Sel, ibumu
dan siuman.” Nita menyambut Gisel di depan pintu. Dan benar saja saat Gisel
masuk ibunya sudah siuman namun masih terlihat sangat pucat dan bahkan untuk
berbicara saja sangat berat nampaknya. Gisel memeluk ibunya sambil menangis,
dia sangat sedih dan tak berdaya sekarang, ibunya yang menjadi semangat dalam
hidupnya, yang selalu menguatkan dia saat sedang rapuh, menjadi sahabat terbaik
dalam suka dan duka sekarang ini harus terbaring lemah tak berdaya.
Rita yang
mengetahui anaknya sedang sedih tak bisa berbuat banyak, tubuhnya sangat lemah
dan dia tak bisa berbicara dengan lancar. Hanya belaian lembut tangannya saja
yang mungkin bisa menenangkan anak semata wayangnya itu. Tetap kuat Gisel J
J J J
Sudah tiga
hari Gisel tak masuk sekolah karena menunggu ibunya di rumah sakit, karena tak
ada lagi yang bisa dia harapkan agar bisa menjaga ibunya di rumah sakit selain
hanya dirinya seorang. Selain menjaga ibunya, Gisel juga harus berjuang mencari
uang untuk biaya pengobatan ibunya, yang dia inginkan sekarang hanyalah agar
ibunya bisa sembuh dan kembali seperti sedia kala.
Dan hari ini
Gisel memang sengaja pulang ke rumah untuk berjualan di warung ibunya, dia
memang tak bisa memasak selezat ibunya namun dia berusaha sebisa mungkin tetap
melanjutkan usaha ibunya. Namun dia tak mungkin seharian menunggu warungnya
agar ada pelanggan-pelanggan yang bersedia membelinya. Dia pun berpikiran untuk
meminta tolong Nita agar mau menunggu warungnya sepulang sekolah nanti. Dari pagi tadi yang datang hanya sekitar 5
orang saja. Tapi saat mendekati jam
makan siang ada seseorang datang, tak asing baginya.
“ boleh saya
beli semua makanan yang ada disini?” ternyata Toni.
“ Buat apa?
Buat makan anjing?” jawab Gisel sambil terkekeh.
“ Sel, aku
tahu kok kesulitan yang kamu alami.” Toni berkata serius sambil memegang tangan
Gisel. Sesaat suasana berubah jadi sunyi senyap dan terkesan kaku. Toni
memberikan sejumlah uang pada Gisel, Ya sebagai tanda simpatinya pada Gisel.
“ Tapi Ton,
ini bukan uangmu dan ini juga bukan hak ku. “
“ Aku udah
cerita sama papa ku dan dia malah dia yang menyuruhkku memberikan uang ini Sel.
“
“ Tapi..
Ton..”
“ Udah Sel,
terima aja. Oke? Kesembuhan ibumu lebih penting sekarang”
“ Tonn.. “
Gisel hampir menyerah dalam berkata-kata, dia terduduk lemas di kursi ruang
tamu. Mengingat penderitaan ibunya dan penderitaannya berjuang sendiri untuk
kesembuhan ibunya rasanya sangat berat. Di saat-saat seperti ini Gisel sangat
menginginkan sosok ayah dalam hidupnya.
“ Sel, yang
sabar ya…J” kata Toni sambil
memeluk Gisel. Setidaknya dia ada orang yang memperhatikannya sekarang. Tapi
tiba-tiba Gisel teringat sesuatu.
“ eh, Ton
kamu kayak gini biar aku mau balikan sama kamu ya…!”
“ Gak lah..
kamu gak nerima aku juga aku bakal kayak gini kok!” kata Toni dengan nada mengejek.
Gisel terdiam, tak tahu apa yang harus dia katakan. Yang jelas sekarang ini
hatinya sedang kacau. Dengan penuh kasih sayang, Toni memeluk Gisel dan mencoba
menenangkan Gisel yang sedang terpuruk.
Beberapa
saat kemudian mereka berdua sudah bisa mencairkan suasana, mereka menuju ke
rumah sakit, Gisel yang tadinya kusut semrawut sudah berubah menjadi bersih
bersinar (sunlight!).
Saat
menyusuri lorong rumah sakit Gisel berpapasan dengan Pak Danang
“Lho pak..
sedang apa disini?”
“ Oo.. saya
check up ke dokter langganan. Kamu?” Kata Pak Danang yang nampak masih terkejut
bertemu dengan Gisel.
“ Saya..
saya.. “ Gisel gugup, dia tak mau pak Danang tahu kalau ibunya sakit,
jangan-jangan nanti kalau pak Danang tahu, dia akan langsung menjenguk ibu
Gisel, padahal ibu Gisel sudah tak ingin berhubungan dengan pak Danang pikirnya.
“ Saya mau
jenguk kerabat pak.” Gisel melanjutkan dengan gugup pula.
Toni yang
tak tahu apa-apa dengan mereka berdua hanya bisa senyum-senyum penasaran dan
pasang muka sok tahu gitu deh. Gisel pun cepat-cepat memohon diri pada Pak
Danang agar tak ada pembicaraan lebih lanjut. Saat sampai di kamar ibunya Gisel
sangat terkejut karena ibunya sudah tak terbaring lemah seperti kemarin.
Pak Danang
tak langsung pulang tapi dia penasaran dengan tingkah Gisel tadi, tanpa
sepengetahuan Gisel Pak Danang mengikuti Gisel sampai ke kamar yang ia tuju.
Dan tentu saja dia sangat terkejut melihat wanita yang ada di hadapannya.
‘sakit apa gerangan Rita?’ kata Danang dalam hati, rasa penasaran menghinggapi
Danang. Dia mencoba mencari tahu pada orang yang ada di sekitarnya barangkali
ada yang tahu.
“ Sus, pasien yang di ruang melati itu sakit apa
ya?”
“ Wah, saya
kurang tahu pak. Tapi sampai sekarang dokter belum bisa mengetahui apa
penyakitnya. Bapak siapa ya?” Danang diam sejenak, mencerna perkataan suster
yang dia tanya tadi sambil berjalan meninggalkan suster tadi.
Rita sakit apa?
Sementara
itu di kamar melati, Gisel.Toni, dan Rita sedang bercengkrama, ibu Gisel ngotot
ingin keluar dari rumah sakit. Dia merasa badannya sudah kembali sehat.
“ Sel, ibu
pengen pulang. Bosan lama-lama disini, lagian kan biaya disini mahal.”
“ Ibu tenang
aja, masalah biaya Gisel udah mikirin kok, ibu tuh masih pucet. Masih lemes
gitu!“
“Iya Sel,
tapi ibu udah gak betah di rumah sakit.”
Akhirnya
melalui diskusi dengan dokter ibu Gisel diijinkan untuk pulang dengan konsekuensi
harus kontrol tiap seminggu sekali. Gisel sangat berat sebenarnya melepas
ibunya pulang, dia masih merasa bahwa ibunya belum sembuh. Dengan berat hati
dia menuju ke bagian administrasi rumah sakit untuk membereskan soal keuangan.
Namun saat dia menuju kesana ternyata sudah ada yang membereskan keuangan ibu
Gisel namun orang itu enggan menuliskan namanya. Siapakah gerangan malaikat
misterius itu? Entahlah, antara bersyukur dan bertanya-tanya.
J J J
Sudah tiga
hari ibu Gisel pulang dari rumah sakit, namun keadaannya tak kunjung membaik.
Ibu Gisel hanya terbaring lemah tak berdaya di tempat tidur. Setiap Gisel
menawarkan pada ibunya untuk ke rumah sakit, dia selalu menolak dengan berbagai
alasan. Namun Gisel tak bisa tenang tentunya, walaupun kini dia sudah bisa
berangkat sekolah dia tak bisa tenang memikirkan keadaan ibunya yang dia
tinggal di rumah sendirian.
Saat jam
pulang sekolah Gisel kaget karena di depan pintu gerbang sekolahnya ada mobil
yang tak asing baginya, mobil pak Danang. Ada angin apa dia kesini, Gisel
bertanya-tanya. Pak Danang menghampiri Gisel. Dengan masih mengenakan pakaian
kantor lengkap dengan koper kecil di tangannya, entah mengapa penampilan pak
Danang membuat Gisel kagum, ‘seandainya aku punya ayah seperti dia’ katanya
dalam hati.
“ Ada perlu apa pak?” Gisel bertanya dengan nada ramah
namun terkesan polos.
“ Emmm..
boleh saya ketemu kamu sebentar?”
“ Wah,buat
apa ya pak? Saya buru-buru mau pulang. “
“ Cuma
sebentar kok 5 menit aja.” Pak Danang masih membujuk. Akhirnya Gisel menyerah
dan memilih untuk ngobrol sebentar dengan pak Danang. Sebenarnya yang ada di
benak Gisel hanyalah kekhawatiran tentang ibunya. Apakah ibunya baik-baik saja
atau tidak.
“ Ibumu
sudah pulang dari rumah sakit?”
“ Sudah pak,
sekarang dirawat di rumah. Kok bapak tahu?”
“ Kamu tak
perlu tahu saya tahu darimana. Sekarang bagaimana keadaannya? ” Gisel mulai tak
nyaman dengan pertanyaan pak Danang. Mengapa dia bertanya seperti itu.
“ Baik pak,
“
“ Saya ingin
menitipkan benda ini padanya, tapi jangan beritahu kalau ini dari saya.” Kata
Pak Danang sambil memberikan sebuah kotak yang isinya masih dirahasiakan. Gisel
menerima dengan senang namun bingung, sebenernya apa maksud pak Danang.
“ Makasih
banyak Pak, “ setelah Gisel berkata demikian, tiba-tiba Pak Danang memeluk
Gisel, sangat erat, padahal di sekitarnya banyak orang lalu lalang dengan
kesibukan masing-masing. Gisel sangat malu, namun entah mengapa Gisel merasa
nyaman ada di pelukan Pak Danang.
‘akhirnya
aku bisa memeluk kamu anakku, maafkan ayah nakk… karena sudah menelantarkan
kamu, ayah sungguh menyesal nak. Ayah berjanji akan membahagiakan kamu dan
ibumu’ kata Pak Danang dalam hati, tanpa terasa air mata jatuh membasahi
pipinya, dia amat menyesal dengan
perbuatannya di masa lalu.
“ Pak, ..
Pak Danang,”kata Gisel sambil berusaha untuk melepaskan pelukan Pak Danang yang
sangat erat.
“ Oh, maaf
saya refleks.”
“
refleks?”Gisel heran ada apa gerangan ini?
Pak Danang
malah mengalihkan pembicaraan karena malu dengan perbuatannya yang baru saja
dia lakukan, dia berharap semoga saja Gisel tidak curiga. Pak Danang sudah lama
ingin memeluk Gisel, darah dagingnya sendiri. Gisel memilih untuk pulang
sendiri tanpa diantar Pak Danang, dia tak ingin ibunya tahu kalau dia masih
berhubungan dengan Pak Danang. Pasti ibunya akan marah besar seperti waktu itu.
Di perjalanan pulanh Gisel malah bertemu
dengan Jessica.
“ Ya ampun
habis putus dari Toni langsung pindah ke om-om..” kata Jessica sambil berlalu
dengan mengendarai mobil mewah miliknya bersama dengan geng hebohnya. Emosi Gisel memuncak, namun apa daya, Jessica langsung
meninggalkan dirinya dan tak mungkin dia mengejar Jessica. Dengan berat hati
Gisel hanya bisa mengumpat tanpa memperhatikan Jessica yang sudah berlalu.
Sesampainya
di rumah, Gisel sangat terkejut karena banyak orang berkumpul di rumahnya,
dengan secepat kilat dia masuk ke rumah dan sangat terkejut karena ibunya sudah
terkulai lemas di lantai. Gisel ingin segera membawa ibunya ke rumah sakit agar
mendapatkan pertolongan secepatnya, namun ibunya menolak dengan berbagai
alasan. Orang-orang yang ada di sekitarnya pun ikutan jengkel karena ibu Gisel
tak ngotot tak mau dibawa ke rumah
sakit. Bukannya membantu meyakinkan ibu Gisel agar mau dibawa ke rumah sakit,
namun para warga malah kasak kusuk tak tahu apa yang mereka bicarakan.
Akhirnya
Gisel tetap ingin membawa Gisel ke rumah sakit. Dengan menggunakan mobil
tetangganya yang baik hati. Di perjalanan Gisel hanya bisa komat kamit berdoa
sambil terus meyakinkan ibunya agar kuat, ibunya terus merintih kesakitan dan hidungnya
terus mengeluarkan darah. Gisel tak tahan melihat penderitaan ibunya, dia
menangis sambil memeluk erat ibunya. Cobaan apalagi yang menimpa Gisel kini?
‘Tuhan Kuatkan aku’ kata Gisel dalam hati.
Hampir
sampai di rumah sakit namun ibu Gisel tak kuat menahan rasa sakit, dia tak
sadarkan diri, Gisel yang mengetahui hal itu langsung berteriak. Dia bahkan
berfikir kalau ibunya sudah tiada. Saat para suster membantu ibu Gisel untuk
turun dari mobil Gisel sudah kepalang panik dan terus berteriak, berharap
ibunya bisa mendengarnya dan bangun. Namun apa daya Gisel harus bersabar karena
kini ibunya harus menjalani pemeriksaan di ruang UGD.
Mata Gisel berkunang-kunang, yang dia lihat di
hadapannya perlahan meredup, semakin buram dan lama-lama tak jelas apa yang dia
lihat. Dan kini dia tak tahu apa yang terjadi pada dirinya.
Gisel
pingsan dan dibawa ke sebuah ruangan di rumah sakit tersebut. Selama 1 jam para
suster mencoba untuk menenangkan Gisel
namun tak ada hasil. Mungkin Gisel shock berat melihat keadaan ibunya.
Diam-diam ada seseorang menyelinap masuk ke ruangan Gisel. Toni, orang yang
saat ini menjadi orang terdekat Gisel. Dia sangat sedih karena Gisel tak
kunjung sadarkan diri. Namun dengan sabar dia menunggu Gisel hingga saat itu
ada dua orang yang sudah berusia senja nampak tergopoh-gopoh mendekati Gisel.
Toni yang tak tahu asal usul orang itu hanya bisa diam dan menyapa seperlunya
“ Anda ini
pacarnya cucu saya ya?”
“ Bukan Bu,
saya temannya. Anda?....”
“
Perkenalkan. Saya Nenek anak ini” kata nenek tadi sambil menunjuk Gisel.
“ Emmm..
Gisel..?” kata Toni meyakinkan.
“ Iya, Anak
ini. “ kata nenek tadi sambil mengangguk.
” Ibunya
dimana mas?” kata nenek tadi. Toni tak tega meninggalkan Gisel sendirian namun
dengan karena dia tahu ini lebih mendesak akhirnya Toni mengantarkan Nenek dan
kakek tadi ke ruangan ibu Gisel. Sepeninggal kakek dan nenek tadi, Gisel
sadarkan diri. Dia tak tahu apa yang terjadi padanya tadi, tapi hanya satu yang
ada di pikirannya. Ibu !.
J J J
Rita masih
koma dan tak tahu kapan akan sadarkan diri. Dokter yang menanganinya semakin
bertambah bingung dengan keadaan ibu Gisel tersebut, sampai sekarang jenis
penyakit Rita belum bisa ditemukan, apalagi obatnya, tentu saja semakin sulit
bagi dokter. Namun diramalkan kalau Rita terkena serangan virus mematikan.
Gisel hanya
memandang ibunya dari sebuah kaca di ruangan itu. Dengan harapan besar semoga
saja ibunya bisa melihat dan tersenyum padanya. Namun kini ada seorang nenek
tak dikenal tiba-tiba menghampirinya, memperhatikannya dari ujung kaki sampai
ujung kepala membuat Gisel sangat risih. Belum selesai rasa illfeel nya nenek
tadi malah memeluk Gisel sambil menangis. ‘aduh ini nenek gila ya!’ batin
Gisel. Namun Toni malah tersenyum melihat Gisel, aneh.
“ Ini
nenekmu Nak…” kata nenek tadi dramatis. Gisel masih tak percaya, bahkan
jahatnya dia masih berpikir bahwa nenek ini GILA!.
“ Ini
kakekmu . Gi.. Gisell.” Ada satu orang lagi yang membuat Gisel makin pusing.
Kakek yang boleh dibilang masih kayak bapak-bapak menggunakan kacamata hitam
dan memegang tongkat di tangan kanannya. Jelas ini membuat Gisel makin
bertanya-tanya. Siapakah orang-orang ini ? oh GOD.. L
Namun saat
sedang dibuat bingung dengan dua orang ‘aneh’ itu tiba-tiba Gisel melihat
dokter keluar dari ruangan dengan muka tegang. Dokter tersebut memberi kode
pada Gisel untuk menuju ke ruangannya. Orang tua yang Gisel anggap ‘aneh’ tadi
ngotot ingin ikut masuk ke ruangan dokter namun dicegah oleh suster yang
mendampingi dokter tadi.
“ Gisel,
kamu harus bersabar. Penyakit ibumu belum bisa ditemukan, kami sedang berusaha
untuk menemukan dengan berbagai penelitian. Namun dugaan sementara ibumu
diserang virus mematikan, dan jika tak segera diobati, virus itu akan menjalar
ke seluruh organ di tubuhnya. “
mendengar perkataan dokter barusan bagaikan disambar petir di siang bolong.
Gisel terkulai lemas.
“ Dok,
tolong dok .. gimanapun caranya sembuhkan ibu saya!” kata Gisel memohon sambil
bersujud di kaki dokter, dia sangat ingin ibunya sembuh seperti sedia kala.
Namun dokter tadi tak bisa berkata apa-apa. Pasrah.
Saat keluar
dari ruangan Gisel nampak Kusut dan sangat tak bersemangat. Toni yang dari tadi
harap-harap cemas berusaha untuk menenangkan Gisel yang terkulai lemas.
Nenek-kakek ‘aneh’ itupun ikut-ikutan rempong dan membuat Gisel makin jengkel
nampaknya. Dan akhirnya Gisel dan Toni
memilih pergi dari nenek dan kakek tadi, Gisel risih.
“ Sel, itu
tadi beneran kakek-nenek mu !” kata Toni memberitahu Gisel.
“ Iya,
mereka juga bilang gitu, tapi apa buktinya?”
Setelah itu
Toni menghampiri kakek-nenek tadi dengan harapan mereka bisa menjelaskan pada
Gisel.
“ Kalau
kalian memang kakek-nenek ku. Apa buktinya?” kata Gisel menantang, tak terlihat
sopan santunnya sama sekali. Sang nenek yang merasa ditantang langsung
mengambil sebuah foto. Di dalam foto itu Gisel bisa melihat saat ibunya masih
muda yang bersama dengan kakek dan nenek tadi.
“ Kami
memang belum pernah bertemu kamu nak, semenjak ibumu pergi dari rumah kami
terus mencari dimana Rita berada. Dan selama 17 tahun kami mencari, akhirnya
kami menemukan Rita disini. Dan bertemu dengan kamu. Kami sangat merindukan
Rita.”
Mendengar
perkataan sang nenek tadi Gisel luluh. Dia tak menyangka sekarang bisa bertemu
dengan anggota keluarganya, selama ini dia merasa ibunya adalah satu-satunya
anggota keluarga yang dia miliki. Tanpa terasa air mata Gisel tumpah sambil memeluk
neneknya, sang nenek pun demikian. Pertemuan yang mengharukan.
J J J
AYAHKU, OH AYAHKU MENGAPA KAU MENINGGALKAN AKU?
Dengan adanya nenek dan kakek, Gisel kini bisa pergi ke
sekolah, walaupun sebenarnya Gisel masih
terus memikirkan ibunya yang masih belum sadarkan diri. Setelah pulang sekolah dia langsung bergegas
menuju ke rumah sakit untuk menengok ibunya, tapi hasilnya nihil. Ibunya masih
memejamkan mata dengan puluhan selang yang melilit tubuhnya.
Nenek dan kakeknya juga setia menemani ibu Gisel. Harapan mereka hanya
satu, ibunya bisa sembuh seperti sedia kala. Segala usaha telah dokter lakukan
namun tak ada perkembangan. Dokter berkata hanya mukjizat lah yang bisa
menyembuhkan ibu Gisel. Lagi-lagi pasrah!.
Gisel mondar -mandir di lorong rumah sakit, sementara
neneknya komat-kamit berdoa sambil memejamkan mata. Kakeknya sok sibuk dengan
ponselnya, maklum kakek gaul. Namun tentu saja mereka semua tak mungkin betah
dengan rutinitas seperti itu, akhirnya sang nenek yang sudah lelah berdoa
memilih untuk mencari angin segar. Dia berjalan-jalan ke sekitar rumah sakit
sambil melihat berbagai kesibukan yang ada.
Sebagai seorang nenek yang berumur 75 tahun, dia masih
tergolong sehat, ingatannya masih bagus dan dia tak mengidap penyakit apapun.
Dan dia sangat prihatin dengan orang-orang yang lalu lalang di lorong rumah
sakit itu. Dia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat orang-orang dengan
macam-macam penyakit di dalamnya.
Saat sedang asik
memperhatikan orang-orang di sekitarnya, perhatian nenek terusik dengan sosok
laki-laki yang berjalan ke arahnya. Dia membawa sekeranjang buah-buahan segar.
Laki-laki tadi terus berjalan sambil sibuk dengan ponselnya, hingga tentu saja
sang nenek luput dari perhatiannya.
“ Danang?” kata sang nenek sambil menghentikan langkah
pria tadi.
“ Anda, siapa ya?” kata Danang sambil mengingat-ingat
siapa kah nenek itu.
“ Saya, ibunya Rita. Mantan calon ibu mertua kamu!!!!”
kata sang nenek jengkel. Danang hanya bisa terdiam, di hadapannya kini adalah
orang yang tahu benar tentang masa lalunya. Danang tertunduk.
“ OO ibunya Rita,
ya ya .. saya ingat bu, apa kabar bu?” Danang mencoba bertanya seramah
mungkin.
“ Baik.” Jawab sang nenek judes. Setelah itu Danang
benar-benar tak berani bertanya apapun.
“ Kemana aja kamu selama ini? Melarikan diri dari Rita
dan bersenang-senang di atas penderitaannya….” Masih banyak lagi sumpah serapah
nenek yang ditujukan pada Danang .
“ Jangan sampai Gisel tahu kalau kamu ayahnya!”
Danang tak bisa berkata apa-apa lagi. Sebenarnya dia
sangat ingin menebus semua kesalahannya pada Rita dan Gisel. Dia merasa sangat
bersalah. Sementara itu nenek sangat
muak melihat Danang, dengan muka yang masih tampak garang dia meninggalkan
Danang.
Sementara itu Danang diam-diam mengikuti sang nenek yang
akan menuju ke kamar Rita, terlihat sang nenek bisik-bisik pada kakek, entah
apa yang mereka bicarakan. Danang mengira pasti sang nenek membicarakan hal
yang baru saja dia alami, bertemu dengan Danang. Jadilah kakek-nenek gaul itu
nggosip sementara Gisel masih terlihat lesu di kursi tunggu dekat ruangan
ibunya. Danang iba, ingin sekali dia menenangkan dan menemani Gisel di sana.
“ Pak… ngapain disini?” ada suara yang mengagetkan pak
Danang, padahal Pak Danang sedang jadi ‘detektif amatir’ disana.
“ Ooo.. emmm.. anuu… mau nengokin teman kantor ..biasa..”
Pak Danang sangat gugup dan menjawab sekenanya, ternyata orang tadi adalah
Toni.
“ nengokin temen kantor? Kamarnya deket sini ya pak?
kebetulan banget saya mau nengokin ibunya Gisel. “
“ Ohhh.. nggak.. jauh banget dari sini,. Jauhhh banget..”
“ OOhhhh.. gitu ya pak.. hehe” kata Toni yang masih
kebingungan. Ganjil.
Pak Danang buru-buru pergi melarikan diri dari keadaan
terjepit yang dia rasakan sekarang. Mengapa hidupnya begitu kacau dan rumit sekarang?
J J J
Toni masih
penasaran dengan tingkah Pak Danang yang ganjil dan terkesan ada yang disembunyikan,
dia menunda keinginannya untuk menengok ibu Gisel dan mengikuti pak Danang.
Benar saja tebakannya, Pak Danang bukannya menengok temannya tapi hanya
bersembunyi di dekat toilet. Pak Danang duduk merenung dan seperti sedang
memikirkan sesuatu. Toni semakin
penasaran. Akhir-akhir ini dia merasa ada yang aneh dengan tingkah Pak Danang.
Karena
penasaran dia memutuskan untuk mengikuti pak Danang. Menyusuri lorong-lorong
rumah sakit dan sekali-kali dia bersembunyi di balik tiang, dia bersyukur dia
tak termasuk golongan manusia big size.hahaa.
Pak Danang
memang tampak murung dan kurang bersemangat, sepertinya ada suatu hal yang
mengganggu pikirannya. Pak Danang menuju ke bagian administrasi rumah sakit dan
terlihat berbincang serius dengan petugas yang ada disana. Posisi Toni saat ini
sangat tidak memungkinkan untuk bisa mendengarkan pembicaraan Pak Danang dan
petugas administrasi rumah sakit itu. Namun dasar Toni banyak akal, dia
menyelinap di kursi sofa yang ada dekat dengan tempat perbincangan itu. Dengan
posisi jongkok yang sangat kocak Toni mencoba untuk mendengarkan apa yang
sedang diperbincangkan Pak Danang.
“ Saya mau
istri saya cepat sembuh mbak, berapapun akan saya bayar agar istri saya cepat
sembuh.” Kata Pak Danang dengan nada memohon.
Petugas
administrasi hanya terdiam, dia tak tahu harus berkata apa, karena diapun bukan
dokter yang menangani pasien secara langsung. Namun selang beberapa menit
kemudian Pak Danang menuju ke loket pembayaran rumah sakit untuk menyelesaikan
administrasi.
Toni yang
daritadi jadi penguntit, malah ketiban sial, saat sedang ingin berdiri dan
keluar dari tempat persembunyiaannya malah ada satpam galak yang memergokinya. Dasar
apes!
“ Sedang apa
kamu disini?” kata satpam yang tebal kumisnya menandingi kumis pak Raden.
“ Sa..
saya.. mau bersihin sofa pakk, maklum kan kotor, tadi ada tai kucing pak
disini. Mau liat?” kata Toni asal, dia tak tahu lagi mau menjawab apa, namun
reaksi pak satpam yang langsung tutup hidung membuat Toni merasa kalau ini
adalah kesempatannya untuk kabur, melarikan diri dari introgasi yang mengancam
keselamatan harga dirinya. Toni langsung lari kalang kabut sementara pak satpam
masih sibuk mencari tai kucing seperti yang dikatakan Toni tadi, ‘dasar Pak
Satpam Tolol’ kata Toni dalam hati.
Selanjutnya,
kembali ke misi awal, tanpa sepengetahuan Pak Danang, Toni kembali menjadi
penguntit. Pak Danang masih menunggu antrian di loket pembayaran rumah sakit.
Berdasarkan introgasi tadi tentunya dapat disimpulkan kalau Istri Pak Danang
sakit, bahkan boleh dibilang parah, tapi yang membuat Toni masih bingung
adalah, saat Toni bertanya tadi, pak Danang mengatakan kalau dia ke rumah sakit
karena ingin menengok teman kantor. Lagi-lagi
ada yang ganjil.
Misi masih
berlanjut…. Kini Toni sedang dalam perjalanan mengikuti Pak Danang, yang
sepertinya menuju ke rumahnya. Tak begitu masalah bagi Toni jika hanya mengekor
mobil Pak Danang, dia hanya berharap semoga tak ada lampu merah yang membuatnya
kehilangan jejak.
Semakin
lama, Pak Danang menuju ke tempat yang dia kenal. Toni nampaknya tak asing
dengan tempat yang dia tuju. Komplek perumahan mewah dengan pepohonan yang
membuat jalanan nampak teduh. Toni berusaha mengingat rumah tempat apakah ini
sehingga dia tak asing dengan tempat itu.
Pak Danang
berhenti di sebuah rumah mewah dengan pagar berwarna Keemasan yang lumayan
tinggi. Toni masih amnesia, benar-benar tak ingat dengan tempat itu, semuanya
sangat tak asing baginya. Dengan sambil terus mengamati aktifiitas Pak Danang,
Toni seperti orang gila mengingat-ingat terus rumah siapakah itu.
Dia
mengingat satu nama, Sinta, ya Sinta. Mantan pacarnya, Toni pernah berpacaran
dengan Sinta saat duduk di bangku SMA, waktu Sinta pernah menunjukkan rumah itu
dan mengatakan kalau itu adalah rumah ibunya, yang tak mau mengakui dirinya. Sinta
yang waktu itu tinggal bersama neneknya hanya bisa memandangi ibunya yang telah
memiliki keluarga baru dari kejauhan.
Toni masih terus memperhatikan rumah mewah
dan berharap ada titik terang dari segala rasa penasaran yang hinggap di
pikirannya. Beberapa saat kemudian seorang wanita muda keluar dari rumah
tersebut, grande dan sangat cantik. Toni jelas sudah bisa memastikan siapakah
wanita itu. Ibu Sinta. Lalu kini yang masih jadi pertanyaannya, ada hubungan
apa antara wanita itu dengan pak Danang?. Toni tak bisa tinggal diam, dia
berkomitmen harus bisa menyelesaikan misi ini. Dia berusaha mencari informasi,
saat itu ada seorang ibu paruh baya yang lewat di dekat mobilnya, nampaknya ia
adalah pembantu dari salah satu rumah yang ada disitu.
“ Ibu,
permisi saya mau tanya. Rumah Pak Danang yang mana ya?”
“ Coba
Tebak..” ibu tadi malah mengajak Toni bercanda.
“ Lho ibu,
saya ini serius. “ Toni sedikit naik darah
“ Iya iya
mas, maaf. Rumah Pak Danang ya yang ada di depan mas itu. Perkenalkan, Saya
pembantunya.” Si pembantu malah narsis.
“ Oiya bu,
kebetulan sekali. Yang baru keluar dari rumah
itu siapa ya?”
“ Oh, Itu
yang cantik dan seksi kayak artis hollywood itu to mas? Itu istrinya Pak Danang
mas. Dia itu perfect banget mas udah cantik, baik, ramah,……” si Pembantu masih
nyerocos panjang lebar membanggakan majikannya itu. Namun Toni kembali
berfikir, dia flashback sebentar ke belakang, saat pembicaraan Pak Danang
dengan petugas administrasi tadi Pak Danang mengatakan kalau istrinya sakit.
“ Ibu, Istri
Pak Danang sehat kan?” Toni asal ceplos
“ Ngapain
mas tanya-tanya kayak gitu? Ya jelas sehat lah, istrinya kan Dokter. Dia itu…”
“ Iya, iya
bu.. saya tahu saya tahu.” Kata Toni menghindari sang pembantu yang pasti akan
membanggakan majikannya itu lagi.
“ Emmm.. Pak
Danang Cuma punya satu istri kan?” Toni bertanya lagi, kali ini lebih ngawur
lagi.
“ Ya ampun
mas ini, ya Cuma satu dong mas, dia kan setia sama istrinya itu, tapi mas,
waktu itu ada temennya pak Danang mengira saya itu istrinya. ” Lagi-lagi sang
pembantu makin sableng. Toni makin illfeel, amit-amit dah punya pembantu
begini.
“Mas,
ngapain tanya-tanya kayak gitu sih? Kalau mau bertamu mbog yang baik-baik, saya
curiga lho mas..”
“ ooo… gak
usah khawatir bu, saya gak macem-macem kok, Cuma pengen tahu aja kok, saya kan
penggemar beratnya Pak Danang. dia kan pengusaha sukses, punya keluarga yang harmonis,
baik hati dan tidak sombong pula.” kata Toni mencoba menutupi maksud
kedatangannya. Dia hanya berharap dengan alasannya yang ngawur itu pembantu
genit itu bisa langsung percaya.
“ O ya
ampun mas..berarti mas bisa bergabung di kelompok saya donk, Danang fans club,
udah banyak lho mas membernya! “ Toni makin heran dan memilih untuk kabur dari
pembantu gila itu, dia bersyukur walaupun dia tak se kaya Pak Danang, tapi
pembantunya masih tergolong alim ulama dan masih waras.
Walaupun
masih banyak pertanyaan dan rasa penasaran yang bekeliaran di kepalanya, paling
tidak sudah ada beberapa informasi yang bisa ia dapatkan. Memang tak sopan
rasanya mencampuri urusan orang lain seperti itu. Tapi dia yakin, ada sesuatu
di balik semua ini. Dan dia harus berhasil mengungkapnya. Misi harus berhasil
!!
J J J
Saat Toni
sampai di rumah sakit, ternyata Ibu Gisel sudah sadarkan diri walaupun keadaannya
masih sangat lemah. Gisel terlihat sangat bahagia dan bersemangat dalam merawat
ibunya, terlebih sekarang ada kakek-nenek yang menemaninya, Rita pun sangat
bahagia karena dia bisa bertemu dengan orang tuanya lagi. Walaupun dia dulu
sempat sakit hati dengan perlakuan orang tuanya, namun bagaimanapun juga dia
adalah orang tuanya yang sangat dia sayangi.
Toni yang
menyaksikan hal itu terharu. Dia sendiri juga merasa dia sudah menjadi bagian
dari keluarga itu, walaupun tak ada ikatan status seperti yang dia harapkan
dengan Gisel. Baginya yang terpenting saat ini adalah menguatkan Gisel dalam
keadaan terburuk sekalipun, dia hanya ingin menjadi yang terbaik untuk Gisel
seperti pesan ibu Gisel padanya, agar Gisel bisa merasakan cinta yang
sesungguhnya.
“ Ton.. ibu
udah sadar Ton..,, “ kata Gisel dengan sangat riang menyambut kedatangannya
sambil mendekati Toni . Toni hanya tersenyum sambil membelai rambut Gisel. Hal
ini membuat Gisel merasa tenang dan dia tak munafik, memang Toni terlihat
sangat mempesona saat itu. Sesaat pandangan mereka beradu, sementara
orang-orang yang ada di sekitar mereka menyaksikan hal itu, termasuk ibu Gisel
yang terlihat tersenyum senang. Sang nenek gaul merasa geli melihat hal itu,
dia mengeluarkan ponsel dan memotret kejadian itu, jelas membuat Gisel dan Toni
salah tingkah dibuatnya.
“ Ibu, sudah baikan?” kata Toni yang masih
salah tingkah sambil mendekati ibu Gisel, sepertinya ingin mengalihkan
perhatian.
“ Sudah Ton,
makasih ya udah mau jagain Gisel selama ibu Tidur.”
Toni hanya
tersenyum, dia tersipu malu.
Beberapa
hari kemudian Ibu Gisel mengalami perubahan yang signifikan, bahkan tim dokter
heran atas perkembangan kesehatan ibu Gisel. setitik harapan ada di depan mata.
Bagi Gisel yang terpenting saat ini adalah kesembuhan ibunya, walaupun tak bisa
normal seperti sedia kala dia sudah bersyukur dengan keadaan ibunya sekarang.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar